Team Falcons Juara The International 2025, Taklukkan Xtreme Gaming di Grand Final
HARIANOKUSELATAN.ID – Turnamen bergengsi The International 2025 (TI12) akhirnya mencapai puncaknya. Digelar di Barclays Arena, Hamburg, Jerman, 14 September 2025, ajang terbesar Dota 2 dunia ini menobatkan Team Falcons sebagai juara setelah menumbangkan wakil kuat asal Tiongkok, Xtreme Gaming, lewat pertarungan sengit dengan skor 3-2.
Pertarungan Dramatis
Grand final berjalan penuh tensi sejak game pertama. Xtreme Gaming sempat memberikan perlawanan ketat, bahkan beberapa kali unggul di fase early game. Namun, Falcons menunjukkan mental juara dengan rotasi disiplin, drafting efektif, serta eksekusi team fight yang matang. Keunggulan itu membuat mereka akhirnya berhasil menutup seri best-of-five dengan kemenangan tipis 3-2.
BACA JUGA:Onic Jadi Tim Indonesia Pertama yang Amankan Tiket Grand Final FFWS SEA 2025 Fall
BACA JUGA:BNN Rilis Kasus Haji Sutar: Pencucian Uang Narkoba Rp52 Miliar
Kemenangan ini mengukuhkan dominasi Falcons di kancah kompetitif Dota 2 internasional. Mereka berhasil mengangkat trofi Aegis of Champions, simbol supremasi tertinggi di dunia Dota 2.
Hadiah Fantastis
Selain prestise, Team Falcons juga berhak atas hadiah uang terbesar dari total USD 2,6 juta (sekitar Rp 42,6 miliar). Berdasarkan laporan Gosu Gamers, Falcons mengantongi setidaknya USD 1,1 juta atau kurang lebih Rp 18 miliar.
Sementara itu, Xtreme Gaming yang harus puas di posisi runner-up tetap membawa pulang hadiah senilai USD 340 ribu atau sekitar Rp 5,5 miliar.
BACA JUGA:Soal Kapolri, DPR Masih Tunggu Putusan MK Terkait Masa Jabatan
BACA JUGA:DPR RI Desak Pengisian Kursi Mempora, Ingatkan Resiko Jika Program Mandek
Paceklik Gelar Tim Tiongkok Berlanjut
Bagi Xtreme Gaming, kekalahan ini cukup pahit. Harapan untuk mengembalikan Aegis of Champions ke Tiongkok kembali pupus. Terakhir kali tim asal Negeri Tirai Bambu menjuarai The International adalah Wings Gaming pada 2016, yang kala itu menumbangkan Digital Chaos 3-1 di grand final.
Kegagalan ini juga memperpanjang rekor pahit bagi bintang utama Xtreme, Wang “Ame” Chunyu. Meski berulang kali tampil di grand final, Ame masih belum berhasil meraih gelar juara The International dan terus menyandang julukan sebagai “Raja Tak Bermahkota”.
BACA JUGA:Langkah Petenis Indonesia Janice Tjen Terhenti di Final WTA 250
BACA JUGA:Belum Ada Tersangka, Kejari Terus Dalami Dugaan Korupsi Perkimtan Palembang
Kebangkitan Skena Tiongkok
Meski gagal merebut gelar, pencapaian Xtreme Gaming tetap menjadi sinyal positif. Skena kompetitif Dota 2 di Tiongkok yang sempat meredup beberapa tahun terakhir, kini mulai bangkit kembali dengan tampilnya tim mereka di grand final.