Tarif Baru AS Ancam Ekspor, Indonesia Dorong Negosiasi dan Reformasi Regulasi

Hadapi Tarif AS, Indonesia Prioritaskan Diplomasi dan Negosiasi, Menko Airlangga: Kita Terus Monitor. -Foto: Humas Ekon.-
Reformasi Regulasi dan Diplomasi Ekonomi
Menindaklanjuti arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah juga menggenjot reformasi struktural dan deregulasi, khususnya yang berkaitan dengan Non-Tariff Measures (NTMs). Regulasi-regulasi yang dinilai menghambat investasi dan ekspor akan disederhanakan atau dihapus demi menciptakan iklim usaha yang lebih kompetitif.
“Presiden menginstruksikan agar seluruh kementerian menyederhanakan aturan dan menghapus hambatan yang tidak perlu, guna memperkuat daya saing dan menarik lebih banyak investasi,” terang Airlangga.
Pemerintah juga memperkuat jalur diplomasi dengan AS, termasuk melalui pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR) dan U.S. Chamber of Commerce. Selain itu, koordinasi regional juga terus dibangun, salah satunya melalui komunikasi bilateral dengan Perdana Menteri Malaysia untuk menyatukan sikap dalam kerangka ASEAN.
BACA JUGA:Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran, Kapolres OKU Selatan Gelar Halal Bihalal
BACA JUGA:Cuaca ekstrem berpotensi timbulkan bahaya, Kapolres OKU ingatkan warga waspada
Perkuat Kerangka TIFA
Sebagai bagian dari upaya strategis, Indonesia mendorong pembaruan kerangka Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang telah ditandatangani sejak 1996 namun kini dianggap tidak lagi relevan terhadap tantangan perdagangan modern. Pemerintah mengusulkan penambahan isu sektor keuangan dan perdagangan digital dalam kerangka TIFA agar lebih komprehensif.
“ASEAN secara kolektif akan mengutamakan jalur negosiasi dibanding retaliasi. Indonesia dan Malaysia sepakat mendorong revitalisasi TIFA sebagai platform kerja sama bilateral yang lebih adaptif,” ungkap Airlangga.
Aspirasi Pelaku Usaha
Dalam sesi tanya jawab, berbagai asosiasi pelaku usaha menyampaikan harapan agar pemerintah turut memfasilitasi dialog langsung antar perusahaan dengan mitra di Amerika (business to business talks) serta mempercepat penguatan industri dalam negeri melalui kebijakan afirmatif dan insentif produksi.
Forum ini diharapkan menjadi jembatan antara pemerintah dan dunia usaha untuk bersatu menghadapi tantangan global dengan strategi yang inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada hasil nyata.