Hamas tinjau peta baru soal kendali militer Israel di Jalur Gaza

Minggu 20 Jul 2025 - 19:10 WIB
Reporter : HOS
Editor : HOS

Istanbul - Hamas dikabarkan sedang meninjau peta terbaru yang diajukan oleh para mediator terkait kendali militer Israel di Jalur Gaza, sebagai bagian dari negosiasi mengenai kemungkinan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.

Kelompok perlawanan Palestina tersebut menerima peta yang diperbarui dari negara-negara mediator, yang menunjukkan wilayah-wilayah di Gaza yang masih berada di bawah kendali Israel, menurut sumber yang dekat dengan tim negosiasi di Qatar.

Peta tersebut mencakup sebagian besar wilayah Beit Hanoun di utara, separuh Rafah, kawasan Huzaa dan Abasan di selatan Khan Younis, serta sebagian besar Distrik Shujaiyya di Kota Gaza.

Sumber itu mengatakan kepada kantor berita Anadolu bahwa Hamas telah memulai konsultasi internal untuk mengevaluasi peta tersebut dan tengah berdiskusi dengan faksi-faksi Palestina lainnya.

 

Kelompok perlawanan Palestina tersebut menerima peta yang diperbarui dari negara-negara mediator, yang menunjukkan wilayah-wilayah di Gaza yang masih berada di bawah kendali Israel, menurut sumber yang dekat dengan tim negosiasi di Qatar.

 

Peta tersebut mencakup sebagian besar wilayah Beit Hanoun di utara, separuh Rafah, kawasan Huzaa dan Abasan di selatan Khan Younis, serta sebagian besar Distrik Shujaiyya di Kota Gaza.

 

Sumber itu mengatakan kepada kantor berita Anadolu bahwa Hamas telah memulai konsultasi internal untuk mengevaluasi peta tersebut dan tengah berdiskusi dengan faksi-faksi Palestina lainnya.

Peta sebelumnya menunjukkan Israel masih menguasai penuh wilayah luas di Beit Hanoun, Beit Lahiya, seluruh Rafah, sebagian besar Khan Younis, serta wilayah perbatasan -- proposal yang sebelumnya ditolak oleh Hamas.

 

Hamas tetap bersikeras pada garis penarikan yang telah disepakati pada Januari, yang menyerukan penarikan pasukan Israel sejauh 390 hingga 1.100 meter dari wilayah Gaza.

Seiring perkembangan terbaru, sejumlah media Israel melaporkan adanya optimisme hati-hati bahwa kemajuan mungkin tercapai.

Harian Yediot Ahronot, mengutip sumber yang dekat dengan perundingan, menyebutkan adanya "sinyal menjanjikan bahwa kesepakatan bisa dicapai dalam dua pekan ke depan".

 

Namun, laporan itu juga mencatat bahwa Hamas masih ragu-ragu soal jumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas setiap tawanan Israel.

Mediator, khususnya Qatar, disebut memainkan peran penting dalam memperkecil perbedaan antara kedua belah pihak.

Meski begitu, menurut penyiar publik Israel, KAN, yang mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, Hamas belum memberikan tanggapan atas proposal terbaru tersebut.

Seorang pejabat Israel mengatakan, “Kami sudah menunjukkan fleksibilitas, tetapi Hamas belum merespons.”

Seorang perwakilan dari salah satu negara Arab mediator, yang berbicara secara anonim kepada KAN, mengatakan bahwa “sebagian besar sengketa mengenai penyebaran pasukan Israel telah diselesaikan,” dan hanya “tersisa isu-isu kecil.”

Diplomat tersebut menggambarkan situasi saat ini sebagai “optimisme yang hati-hati.”

Ia juga mengungkapkan bahwa dalam dua hari terakhir di Doha, fokus utama negosiasi adalah pada jumlah dan identitas tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas tawanan Israel.

 

Diplomat tersebut juga menyebutkan bahwa pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menjadi “titik balik penting” dalam mendorong kemajuan negosiasi.

 

Trump dikabarkan menyampaikan bahwa Washington “puas dengan kemajuan yang dicapai sejauh ini.

Usulan gencatan senjata di meja perundingan

Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui syarat-syarat yang diperlukan untuk pelaksanaan gencatan senjata selama 60 hari.

Usulan gencatan senjata, yang dirancang oleh Qatar dan Mesir itu, telah diajukan kepada Hamas untuk ditinjau.

 

Hamas merespons secara positif, menyampaikan kepada mediator kesediaannya untuk melanjutkan dan menyatakan siap bernegosiasi mengenai implementasi gencatan senjata tersebut.

 

Namun, pemerintah Israel awalnya menolak sejumlah perubahan yang diajukan Hamas terhadap proposal dari Qatar, dan menyebut perubahan itu “tidak dapat diterima.” Meskipun demikian, delegasi Israel tetap melakukan perjalanan ke Doha untuk melanjutkan pembicaraan.

 

Negosiasi di Doha dilaporkan telah menyelesaikan banyak perbedaan utama, namun penolakan Israel untuk menarik pasukan dari Koridor Morag -- yang memisahkan Rafah dan Khan Younis -- serta keberadaan militernya yang berkelanjutan di Rafah, masih menjadi kendala utama dalam perundingan

Tags :
Kategori :

Terkait