HARIANOKUSELAAN.ID – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat setelah pemerintah AS resmi memberlakukan tarif impor sebesar 104% terhadap berbagai produk asal Tiongkok. Pernyataan resmi Gedung Putih dan penegasan penasihat dagang Presiden Donald Trump, Peter Navarro, bahwa tarif ini “tidak dapat dinegosiasikan” langsung memicu gejolak pasar global.
Dampak Langsung: S&P 500 Anjlok, Bitcoin Tertekan
Pada 8 April, indeks S&P 500 ditutup melemah 1,6%, melanjutkan tren penurunan mingguan sebesar 14,7%. Tak hanya saham, Bitcoin pun terseret turun ke level US$75.000 — posisi terendah dalam lima bulan terakhir.
BACA JUGA:Analisis 5 Kripto Berkapitalisasi Besar Awal April 2025: ETH, XRP, SOL, DOGE, SHIB
BACA JUGA:Pakai Fortuner Diesel? Jangan Langsung Matikan Mesin Setelah Dipakai, Ini Alasannya!
Namun di tengah tekanan ini, sejumlah analis melihat peluang bagi aset kripto seperti Bitcoin sebagai alternatif lindung nilai. Ketidakpastian ekonomi dan risiko inflasi menjadi alasan utama investor melirik aset yang tidak tergantung pada kebijakan bank sentral.
Bitcoin Dilirik Sebagai Pelindung Nilai
Dengan suplai terbatas dan sifat desentralisasi, Bitcoin dinilai menarik di tengah ketidakpastian fiskal AS. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik menjadi 4,28%, mencerminkan meningkatnya permintaan risiko oleh investor. Sementara itu, Indeks Dolar (DXY) justru melemah dari 104,2 ke 103,0 dalam sepekan terakhir — sinyal mulai lunturnya kepercayaan terhadap dolar AS.
BACA JUGA:Honda Dunk 2025 Resmi Meluncur: Skutik Unik, Irit BBM hingga 75 Km/L, Harga Mulai Rp 20 Jutaan
BACA JUGA:Tanggal Rilis Vivo X200 Ultra dan Bocoran Spesifikasi, Siap-Siap Tergoda
Situasi semakin diperburuk oleh tumpukan utang pemerintah AS senilai US$9 triliun yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Biaya pembiayaan utang diperkirakan akan terus naik, memperlebar defisit dan meningkatkan tekanan terhadap ekonomi AS.
BACA JUGA:China Kembangkan Pesaing HDMI dan DisplayPort: GPMI
BACA JUGA:WhatsApp Uji Coba Fitur Baru untuk Panggilan Suara dan Video di Android
Pandangan Ekonom dan Investor
CEO BlackRock, Larry Fink, dalam suratnya akhir Maret lalu, menyoroti pentingnya diversifikasi portofolio di tengah ketegangan global. Michael Gapen dari Morgan Stanley memperkirakan suku bunga akan tetap tinggi hingga 2026, kecuali terjadi resesi. Jika resesi benar terjadi, pemangkasan suku bunga bisa dilakukan lebih awal — skenario yang bisa memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset pelarian.(arl)