Sepertiga Gaza Kelaparan Berhari-hari, PBB Desak Gencatan Senjata

--

IKLAN UMROH

New York: PBB menegaskan sepertiga penduduk Gaza kini bertahan hidup tanpa makanan selama beberapa hari berturut-turut. Kondisi ini mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak gencatan senjata segera dan akses penuh bantuan pangan.

Laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menunjukkan dua indikator kelaparan telah terpenuhi. Penurunan drastis konsumsi makanan dan lonjakan kasus malnutrisi akut terjadi di seluruh wilayah Gaza.

Indikator ketiga, yaitu kematian akibat kelaparan, belum dapat dibuktikan karena sistem kesehatan lumpuh total. Namun, PBB dan Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bukti kematian akibat kelaparan semakin kuat.

“Ini bukan lagi ancaman di kejauhan, melainkan bencana yang sedang berlangsung di depan mata kita,” kata Ross Smith dari WFP, Selasa (29/7/2025).

Setidaknya 20.000 anak dirawat karena malnutrisi akut sejak April hingga akhir Juli 2025. Enam belas anak balita meninggal dunia sejak pertengahan Juli akibat kelaparan dan penyakit terkait.

Situasi diperparah minimnya zona aman yang tersisa, yaitu kurang dari 12 persen wilayah Gaza. IPC memperkirakan krisis pangan akan memuncak pada September dengan setengah juta penduduk alami kelaparan ekstrem.

Gaza saat ini dihuni sekitar 2,1 juta penduduk, dan lebih dari 90 persen telah mengungsi. Banyak di antaranya berpindah tempat beberapa kali sejak konflik pecah pada Oktober 2023.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebut Gaza berada di jurang kelaparan dan memerlukan tindakan segera. Menurutnya, ini bukan lagi sekadar peringatan, melainkan kenyataan pahit yang sedang berlangsung di hadapan umat manusia.

“Fakta-faktanya sudah jelas dan tidak terbantahkan. Warga Palestina di Gaza menghadapi krisis kemanusiaan yang luar biasa parah,” ujar Guterres dalam pernyataan resmi yang disiarkan UN Indonesia, Kamis (31/7/2025).

Akses bantuan tetap terbatas meski Israel menyatakan adanya jeda kemanusiaan harian pukul 10 pagi hingga 8 malam. Lebih dari 100 truk bantuan sempat masuk Gaza pada Minggu lalu, namun jumlah itu dianggap jauh dari cukup.

WFP menilai distribusi bantuan udara sebagai opsi terakhir karena berbiaya tinggi dan tidak efisien. Setidaknya 11 warga Gaza terluka dalam insiden distribusi bantuan udara pada akhir pekan lalu.

“Bantuan yang masih mengalir sedikit ini harus berubah menjadi sebuah arus besar. Keadaan tragis ini harus segera berakhir. Kita butuh upaya maksimal dari semua pihak sekarang juga,” kata Guterres.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan