Pemkab OKU Selatan Apresiasi Program WCS dalam Cegah Konflik Satwa dan Manusia
MUARADUA, HARIANOKUSELATAN – Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan mengapresiasi berbagai program konservasi yang dijalankan oleh Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS IP). Apresiasi ini disampaikan langsung oleh Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda OKU Selatan saat menerima audiensi perwakilan WCS di Ruang Abdi Praja, Selasa (15/07/2025) siang.
Pemkab menilai, program WCS tidak hanya berperan penting dalam menjaga kelestarian satwa liar, namun juga dalam mencegah terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar. “Program ini cukup berisiko namun sangat mulia. Semoga terus berlanjut untuk menghindarkan korban, baik dari manusia maupun satwa,” ujarnya.
Ia menjelaskan, konflik antara manusia dan satwa umumnya terjadi akibat aksi dan reaksi—misalnya karena berkurangnya sumber makanan, satwa terpaksa turun gunung dan bersinggungan dengan manusia. Oleh karena itu, program mitigasi konflik seperti yang dilakukan WCS dinilai sangat relevan dan bermanfaat.
BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Tegaskan Komitmen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Rakor Sumsel
BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Bahas Perubahan Keempat Perbup Nomor 42 Tahun 2024
BACA JUGA:Raperda Pertanggungjawaban APBD 2024 Disetujui, DPRD OKU Selatan Apresiasi Kinerja Pemkab
Pemkab OKU Selatan, lanjutnya, siap mendukung keberlanjutan program ini. “Silakan ke depan dikoordinasikan lebih lanjut. Bahkan jika memungkinkan bisa didorong dari Dana Desa, atau difasilitasi melalui Dinas Lingkungan Hidup untuk dukungan program lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Firdaus selaku BBS Landscape Manager WCS IP mengungkapkan bahwa WCS adalah lembaga non-profit yang fokus pada pelestarian satwa langka. Keberadaan WCS di OKU Selatan dimulai sejak 2018, saat muncul laporan warga kehilangan ternak di Kecamatan Sungai Are akibat serangan harimau.
Beruntung, konflik besar tidak terjadi saat itu. Sejak saat itu, WCS aktif di wilayah tersebut, termasuk di Kecamatan Mekakau Ilir—khususnya di Desa Air Baru dan Desa Pulau Duku—yang merupakan desa penyanggah kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Firdaus menegaskan pentingnya pendampingan terhadap masyarakat desa penyanggah agar tetap menjaga keberadaan satwa liar di sekitarnya.
Ia juga menjelaskan secara umum cakupan kerja WCS, baik secara global maupun di Indonesia, yang berfokus pada pelestarian keanekaragaman hayati melalui pendekatan ilmiah dan kolaboratif.