Gempuran disinformasi dalam perang 12 hari Iran- Israel

--

 

Sementara di sisi lain, terlihat Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Israel Benjamin Netanyahu berlari begitu melihat kehadiran ketiga pemimpin negara tersebut. Video hasil rekayasa AI tersebut telah dilihat sebanyak 72.800 pengguna.

 

Dikutip dari BBC, peneliti di University of Notre Dame, Matthew Facciani, disinformasi menyebar semakin cepat di dunia maya ketika orang dihadapkan pada pilihan biner, seperti yang ditimbulkan oleh konflik dan politik.

 

Facciani menyebut secara umum, individu akan membagikan ulang isu sosial dan psikologis yang sesuai dengan identitas politiknya. Konten yang sifatnya lebih sensasional dan emosional akan menyebar lebih cepat secara online.

 

 

Gangguan informasi

 

Dalam situasi konflik seperti perang antara Iran dan Israel, gangguan informasi memanglah hal yang lumrah terjadi. Tujuannya tak lain tak bukan sebagai sarana propaganda, yang bertujuan untuk memengaruhi opini publik yang tentu saja menguntungkan salah satu pihak yang bertikai.

 

Menurut Wardle dan Derakhsan (2017) dan Ehrenfeid dan Barton (2019), gangguan informasi terdiri dari tiga kategori yakni misinformasi, disinformasi dan malinformasi.

 

Misinformasi memiliki definisi yakni ketika informasi palsu dibagikan namun sifatnya tidak merugikan. Dsinformasi yakni gangguan informasi atau informasi palsu yang sengaja dibagikan untuk menyebabkan kerugian. Masyarakat mengenal disinformasi itu dengan hoaks atau kabar bohong. Adapun malinformasi yakni ketika informasi asli dibagikan untuk menyebabkan kerugian dan seringkali dengan cara memindahkan informasi yang dirancang untuk tetap pribadi ke ruang publik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan