Indonesia Pilih Jalur Negosiasi Hadapi Tarif 32% dari AS

--
JAKARTA – Pemerintah Indonesia memilih jalur negosiasi untuk merespons tarif resiprokal sebesar 32% dari Amerika Serikat (AS) dengan meningkatkan impor komoditas utama dari negara tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa langkah ini diharapkan dapat merelaksasi tarif impor yang dikenakan AS terhadap Indonesia.
“Kami akan membuka peluang negosiasi dengan meningkatkan impor dari AS, khususnya komoditas yang termasuk dalam 10 besar barang impor Indonesia dari AS,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, Senin (7/4), usai berdiskusi dengan lebih dari 100 asosiasi pengusaha.
Mengutip data Dewan Ekonomi Nasional, 10 besar komoditas impor Indonesia dari AS meliputi:
-
Kacang kedelai (HS 120190)
-
Propana cair (HS 271112)
-
Hidrokarbon asiklik jenuh (HS 290110)
-
Komoditas tidak ditentukan lainnya (HS 999999)
-
Batubara bitumen (HS 270112)
-
Ampas dan limbah penyulingan (HS 230330)
-
Butana cair (HS 271113)
-
Bubur kayu kimia (HS 470321)
-
Pesawat terbang berat (HS 880240)
-
Mesin transmisi data (HS 851762)
Data neraca perdagangan menunjukkan bahwa AS masih mengalami defisit terhadap Indonesia, mencapai US$ 17,88 miliar pada tahun 2024.
Selain meningkatkan impor, pemerintah juga akan menjaga dan mendorong pertumbuhan ekspor utama Indonesia ke AS, seperti sepatu, semikonduktor, furniture kayu, serta produk tembaga dan emas yang belum dikenakan tarif.
“Kami akan upayakan agar produk unggulan Indonesia tetap bisa bersaing dan ekspor terus meningkat,” tegas Airlangga.