Kota Palembang Masih Puncaki Daftar Kemiskinan Sumsel
Jumlah Penduduk Miskin Kota Palembang Masih Terbanyak di Sumsel, Daya Beli Berkurang, Pentingkan Rokok. -Foto Ilustrasi: Ricardo.-
PALEMBANG, HARIANOKUSELATAN.ID - Kota Palembang tetap menduduki posisi teratas dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2024, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel.
Kabupaten Banyuasin mengikuti di peringkat kedua dengan angka kemiskinan tertinggi.
Kepala BPS Sumsel, M Wahyu Yulianto, mengungkapkan bahwa angka kemiskinan di Sumsel berada di peringkat ke-22 secara nasional, dengan 948,84 ribu orang atau 10,51 persen dari total penduduk.
Meski demikian, angka kemiskinan di provinsi ini mengalami penurunan lebih dari 1 persen, setara dengan pengurangan lebih dari 100 ribu orang.
"Wilayah dengan persentase kemiskinan tertinggi adalah Kabupaten Muratara. Namun, secara jumlah, Palembang dan Banyuasin mencatatkan angka penduduk miskin terbanyak," jelas Wahyu pada Sabtu, 18 Januari 2025.
BACA JUGA:Kasus Harun Masiku: KPK Berpeluang Tambah Tersangka Baru
BACA JUGA:Dunia Pers Berduka: Pendiri Fajar Group Alwi Hamu Meninggal Dunia
Wahyu menambahkan bahwa meski persentase kemiskinan penting, data absolut yang menunjukkan jumlah penduduk miskin juga harus diperhatikan dalam menentukan prioritas program penanganan kemiskinan.
Pemerintah telah berfokus pada peningkatan daya beli masyarakat, karena berkurangnya daya beli dapat memperlambat pengurangan angka kemiskinan.
Langkah-langkah tersebut mencakup pendekatan konsumsi dan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi.
BACA JUGA:Sanksi Peringatan Keras DKPP untuk Ketua KPU Banyuasin, Ini Sebabnya
BACA JUGA:BPJS Kesehatan Empat Lawang Terancam Utang Puluhan Miliar, BPK Temukan Fakta Mengejutkan
Per September 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Sumsel terdiri dari 5,04 anggota dengan garis kemiskinan sebesar Rp 2.844.888 per rumah tangga.
Wahyu juga menyoroti pola konsumsi yang tidak efisien sebagai salah satu penyebab lambannya pengurangan angka kemiskinan.