TPS Berkurang, Partisipasi Pilkada OKU Timur Turun Dibanding Pemilu 2024
Komisioner KPU OKU Timur Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat (Parmas) Aldi Andriansyah. -Foto: Kholid.-
MARTAPURA, HARIANOKUSELATAN.ID - Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada 2024 di Kabupaten OKU Timur mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan Pemilu 2024, baik Pileg maupun Pilpres. Berdasarkan data, partisipasi masyarakat pada Pilkada kali ini tercatat 77,86%, lebih rendah dibandingkan Pemilu 2024 yang mencapai 87,84%.
Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam Pilkada 2024 di OKU Timur adalah 500.338 pemilih. Dari jumlah tersebut, pengguna hak suara hanya 389.767 pemilih, termasuk pemilih dari Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) dan Daftar Pemilih Khusus (DPK).
BACA JUGA:Propam Polda Sumsel Periksa Personel Polsek Indralaya Terkait Judi Online dan Narkoba
BACA JUGA:Motif Hutang Rp760 Juta, Dua Terdakwa Pembunuhan di OKI Dituntut Hukuman Mati
Pengurangan TPS dan Faktor Jarak Menjadi Kendala
Komisioner KPU OKU Timur Divisi SDM dan Partisipasi Masyarakat, Aldi Andriansyah, menjelaskan bahwa salah satu faktor utama penurunan partisipasi adalah pengurangan jumlah tempat pemungutan suara (TPS). Pada Pemilu 2024, terdapat 2.180 TPS, namun jumlah tersebut dipangkas lebih dari 50% menjadi hanya 1.012 TPS pada Pilkada 2024.
"Adanya perampingan TPS membuat warga yang biasanya memilih di TPS dekat rumah enggan hadir karena jaraknya yang jauh," jelas Aldi.
Selain itu, banyak pemilih yang tercatat bukan penduduk asli OKU Timur sehingga mereka hanya dapat menggunakan hak pilihnya untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan, bukan Bupati dan Wakil Bupati.
BACA JUGA:Megawati Kritik Putusan MK: Pilpres 2024 Dinilai Cacat
BACA JUGA:MK Tutup Pendaftaran Gugatan, Pilgub Sumsel Resmi Dimenangkan HDCU
Tetap Bersyukur Meski Menurun
Meski terjadi penurunan, Aldi menambahkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di OKU Timur masih tergolong tinggi dibandingkan beberapa kabupaten/kota lain di Sumatera Selatan.
Partisipasi masyarakat yang kuat tetap menjadi aset penting dalam demokrasi lokal, meskipun tantangan logistik dan perubahan teknis seperti pengurangan TPS memberikan dampak yang nyata terhadap angka kehadiran pemilih.