OpenAI: Software Anti-Scraping Dianggap Penyalahgunaan, Konflik AI dan Hak Kreator Memanas

Software Anti-Scrapping Seperti Nightshade dan Glaze Adalah Penyalahgunaan, Kata OpenAI.-Foto ;ist-

HARIANOKUSELATAN.ID -  Konflik antara AI dan kreator konten semakin memanas, terutama terkait isu penggunaan data yang diambil dari internet untuk melatih model AI. Nama-nama besar seperti OpenAI, Midjourney, dan Stable Diffusion menggunakan data, termasuk gambar-gambar yang tersedia secara publik, untuk mengembangkan kemampuan model mereka. Namun, penggunaan tanpa izin ini memicu protes dari banyak ilustrator dan seniman digital yang merasa hak cipta karya mereka diabaikan.

Apa Itu Nightshade dan Glaze?

Untuk melindungi karya mereka, komunitas kreator mengembangkan software seperti Nightshade dan Glaze. Kedua software ini dirancang sebagai alat anti-scraping, yang berfungsi menghalangi karya seni diambil oleh perusahaan AI untuk digunakan sebagai data training tanpa izin. Software ini bekerja dengan cara mengaburkan metadata atau memodifikasi gambar agar tidak dapat diakses oleh crawler dan bot pengambil data.

Ben Zhao, pencipta Glaze, mengungkapkan dalam wawancara dengan MIT Technology Review bahwa alasan ia menciptakan software ini adalah untuk memberikan kontrol kembali kepada kreator atas karya mereka. Zhao menjelaskan bahwa para kreator merasa dirugikan ketika karya seni mereka digunakan oleh perusahaan teknologi tanpa persetujuan, terutama karena penggunaan ini sering kali bersifat komersial.

OpenAI: "Anti-Scraping Adalah Penyalahgunaan"

Pihak OpenAI menjadi salah satu perusahaan yang angkat bicara mengenai penggunaan software anti-scraping. Dalam pernyataannya, OpenAI menyebutkan bahwa penggunaan software semacam Nightshade dan Glaze dianggap sebagai penyalahgunaan, dan mereka berencana menguatkan sistem mereka untuk menghadapi upaya tersebut. Sikap ini memicu kritik karena dianggap mengabaikan hak cipta kreator dan malah melabeli usaha melindungi karya seni sebagai tindakan yang tidak etis.

Perwakilan dari Midjourney dan Stable Diffusion memilih untuk tidak memberikan komentar mengenai isu ini. Namun, keputusan OpenAI untuk mengungkapkan pandangan ini justru dinilai sebagai blunder oleh beberapa pihak, terutama di kalangan kreator yang merasa hak cipta mereka tidak dihargai.

Bagaimana Pendapat Publik?

Tanggapan dari komunitas kreator sebagian besar negatif terhadap pernyataan OpenAI. Banyak yang merasa bahwa karya seni yang diunggah ke internet tidak seharusnya dianggap sebagai data publik yang bebas digunakan tanpa izin, terutama ketika hasilnya digunakan untuk keperluan komersial. Software anti-scraping dianggap sebagai cara para kreator untuk melindungi hak cipta dan karya mereka dari eksploitasi oleh perusahaan teknologi besar.

Di sisi lain, argumen dari perusahaan teknologi seperti OpenAI berfokus pada gagasan bahwa akses data publik adalah kunci dalam mengembangkan AI yang cerdas dan berfungsi baik. Mereka berpendapat bahwa pembatasan seperti ini dapat menghambat inovasi dan perkembangan teknologi.

Akankah Ada Regulasi yang Mengatur?

Dengan meningkatnya tekanan dari komunitas kreator dan konsumen, kemungkinan besar akan ada regulasi baru yang mengatur penggunaan data publik untuk AI, termasuk perlindungan hak cipta bagi karya seni digital. Beberapa negara bahkan sudah mulai mempertimbangkan undang-undang yang memberikan kontrol lebih besar kepada kreator untuk mengatur penggunaan karya mereka di ranah digital.

Kesimpulan

Debat mengenai software anti-scraping seperti Nightshade dan Glaze mencerminkan konflik yang lebih besar antara inovasi AI dan perlindungan hak cipta. Sementara OpenAI menganggap software ini sebagai penyalahgunaan, banyak kreator melihatnya sebagai langkah defensif untuk melindungi karya mereka dari eksploitasi. Pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang lebih berhak: kreator yang memiliki karya, atau perusahaan teknologi yang ingin memanfaatkan data untuk kemajuan AI?(arl)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan