Roblox: Dari Game Edukatif hingga Sisi Gelap Dunia Virtual Anak
HARIANOKUSELATAN.ID — Roblox telah menjadi salah satu platform game online paling populer di dunia, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Di balik popularitasnya yang luar biasa, Roblox juga menyimpan sejumlah sisi gelap yang belakangan ramai diperbincangkan publik dan para pemerhati anak.
Awal Mula Roblox
Roblox dikembangkan oleh dua pengusaha teknologi, David Baszucki dan Erik Cassel, pada tahun 2004 dan resmi dirilis ke publik pada 2006. Awalnya bernama Dynablox, platform ini memungkinkan pengguna tidak hanya bermain game, tapi juga menciptakan game mereka sendiri melalui bahasa pemrograman Lua dan tools dari Roblox Studio.
BACA JUGA:Skylar Resmi Berpisah dengan RRQ: Akhiri Perjalanan Ikonik Sang Goldlaner
BACA JUGA:Sengketa Laut Sulawesi Memanas Lagi, Malaysia Ogah Sebut Ambalat
Kala itu, Baszucki dan Cassel hanya mengembangkan sistem dasar dan berharap komunitas akan tertarik untuk membuat konten mereka sendiri. Hasilnya melampaui ekspektasi: pengguna langsung membuat berbagai game kreatif seperti paintball, rumah hantu, dan simulasi kereta mini. Keberhasilan ini mendorong perusahaan untuk memfokuskan pengembangan pada fitur kreator.
Pertumbuhan Pesat dan Popularitas Global
Pada tahun 2008, Roblox menghentikan produksi game internal karena komunitas sudah cukup kuat dan aktif menciptakan konten. Sejak itu, platform ini berkembang pesat, bahkan menjadi tuan rumah berbagai acara virtual seperti konser musik dan kampanye brand.
Hingga Februari 2025, Roblox mencatat rata-rata 85,3 juta pengguna aktif harian, dengan lebih dari separuh anak-anak di bawah 16 tahun di Amerika Serikat dilaporkan memiliki akun Roblox. Platform ini gratis untuk dimainkan, namun menawarkan transaksi dalam game menggunakan mata uang virtual Robux.
Melalui program Developer Exchange, kreator dapat menukar Robux yang mereka hasilkan dengan uang sungguhan. Ini menjadikan Roblox bukan hanya tempat bermain, tapi juga peluang karier digital bagi pengembang muda.
BACA JUGA:KPK Tahan 2 Eks Petinggi Hutama Karya Terkait Korupsi Lahan Jalan Tol Trans Sumatera
BACA JUGA:Bhayangkara Presisi Lampung FC Siap Tempur di Liga Super 2025/26
Sisi Gelap di Balik Kesuksesan
Meski secara teknis mengesankan dan menawarkan edukasi seputar pemrograman serta kreativitas digital, Roblox tak lepas dari kritik keras, terutama terkait perlindungan anak-anak.
Laporan dari media Inggris, termasuk The Guardian, mengungkapkan banyak orang tua yang khawatir anak-anak mereka mengalami kecanduan, terpapar konten tidak pantas, bahkan menjadi korban predator online. Beberapa kasus menyedihkan telah terungkap, seperti anak usia 9 tahun yang mengalami trauma setelah melihat konten seksual, atau bocah 10 tahun yang dirayu oleh orang dewasa di platform tersebut.
Roblox Corporation mengakui bahwa platform mereka belum sepenuhnya bebas dari risiko. Mereka menyatakan telah memperkuat sistem keamanan dan berkomitmen menindak pengguna berbahaya. Namun, mereka juga menekankan bahwa perlindungan anak-anak di dunia digital adalah tanggung jawab bersama antara perusahaan teknologi, pemerintah, dan orang tua.
BACA JUGA:Timnas Putri Indonesia Siap Hadapi Thailand di Laga Perdana Piala AFF 2025