Konflik Iran-Israel dan Dampaknya terhadap Indonesia

--

Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pada Senin (23/6/2025) bahwa Israel dan Iran telah menyepakati gencatan senjataPengumuman  muncul setelah 12 hari serangan udara Israel ke Iran, serangan drone dan rudal balasan Iran ke Israel, serta pengeboman ke beberapa fasilitas nuklir Iran oleh AS.

Paling tidak hal ini bisa meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Terutama mengurangi kekhawatiran dampaknya terhadap gejolak ekonomi dunia akibat kenaikan harga minyak.

Sebelumnya sejumlah pihak, termasuk kalangan pemerintah Indonesia, was-was dengan kemungkinan penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Penutupan salah satu jalur penting pasokan energi dunia itu dikhawatirkan memicu kenaikan harga minyak mentah, BBM, dan LNG.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta masyarakat berdoa agar harga bahan bakar minyak (BBM) tak meroket karena perang Iran versus Israel. “Katanya harga minyak akan potensi naik, melebihi asumsi di dalam APBN,” kata Bahlil pada Jakarta Geopolitical Forum 2025 Lemhanas RI d Jakarta, Selasa (24/6/2025).

Wajar Bahlil khawatir dengan potensi kenaikan harga minyak dunia yang akan berimbas juga pada perekonomian global dan nasional secara keseluruhan. Para pakar, analis, dan lembaga internasional sudah memberikan prediksi mereka terhadal potensi kenaikan harga minyak dunia hingga di atas 100 dolar Amerika Serikat (US$) per barrel. 

Lokasi perang terjadi di Timur Tengah, daerah utama pemasok minyak dunia. Harga minyak makin dirundung kekhwatiran setelah parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz. 

Selat ini dilewati sekitar 20 juta barel minyak per hari dari negara-negara Timur Tengah. Semua berharap setelah gencatan senjata perang tak berlanjut dan dan penutupan Selat Hormuz tak terjadi.

Pada awal perang kedua negara terjadi, harga minyak sempat menyentuh US$79 per barel. Melihat ini, sejumlah analis dan lembaga dunia ramai-ramai mengeluarkan prediksi terburuk jika perang terus berlanjut dan Selat Hormuz ditutup.

Misalnya JP Morgan seperti dilansir Bloomberg, Senin (23/6/2025), memperkirakan harga minyak bisa melonjak hingga US$130 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz. Proyeksi tersebut merupakan level tertinggi harga minyak setelah pada 2022 mencapai rekor US$139 per barel imbas serangan Rusia ke Ukraina. 

Goldman Sachs, seperti dilaporkan Reuters, Senin (23/6/2025), juga memprediksi harga minyak mentah Brent menembus US$110 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan