Dukung Prabowo 2029, 3 Parpol Dianggap Takut Kehilangan Kursi Menteri

Minggu 04 May 2025 - 23:19 WIB
Reporter : Christian Nugroho
Editor : Christian Nugroho

JAKARTA, HARIANOKUSELATAN.ID - Dukungan politik yang disampaikan oleh tiga partai besar (Golkar, PAN dan PKS) kepada Presiden Prabowo Subianto untuk maju kembali dalam Pilpres 2029 dinilai sebagai sinyal kuat bahwa perombakan kabinet atau reshuffle kian mendekat.

Pengamat komunikasi politik, Hendri Satrio atau akrab disapa Hensa, menyebut bahwa langkah ketiga partai tersebut bukan hanya sekadar bentuk kesetiaan politik, tetapi lebih sebagai manuver strategis untuk mengamankan posisi di lingkar kekuasaan.

“Ini strategi klasik partai politik. Mereka menunjukkan loyalitas agar tetap diperhitungkan dalam reshuffle kabinet yang kemungkinan besar segera dilakukan,” ujar Hensa kepada wartawan, Minggu, 4 Mei 2025.

BACA JUGA:AHY Warning Generasi Muda, Jangan Terkecoh Hoaks dan Politik Jahat

BACA JUGA:PSU Pilkada Dinilai Bukan Solusi, Ujungnya Sengketa Lagi di MK

Menurut Hensa, sikap terbuka dari Golkar, PAN, dan PKS yang menyatakan dukungan jauh sebelum masa pemilu mencerminkan adanya kekhawatiran kehilangan jabatan strategis di pemerintahan.

“Deklarasi ini menunjukkan kegaduhan internal dalam koalisi, terutama soal perebutan pengaruh. Mereka sadar kalau tidak bergerak cepat, kursi di kabinet bisa melayang,” tambahnya.

Lebih lanjut, Hensa juga menyoroti waktu deklarasi yang dianggap terlalu dini untuk kepentingan Pilpres 2029. Dengan adanya keputusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) menjadi 0 persen, semestinya partai-partai besar justru tampil lebih percaya diri untuk mengusung kader internal mereka.

BACA JUGA:Kampung Indonesia Segera Hadir Dekat Masjidil Haram

BACA JUGA:Komisi Kejaksaan RI Pastikan Revisi KUHAP Tak Ancam Jurnalis

“Dengan aturan baru tanpa ambang batas, seharusnya partai besar seperti Golkar, PAN, dan PKS berani memajukan ketua umum mereka sebagai capres. Bukan justru terburu-buru mengamankan posisi di pemerintahan,” jelas Hensa.

Ia juga mengingatkan bahwa deklarasi yang terlalu awal bisa menimbulkan kesan bahwa partai-partai tersebut kurang memiliki rencana jangka panjang dan lebih fokus pada kepentingan jangka pendek.

“Jika partai terlalu sibuk mengamankan posisi saat ini, mereka bisa kehilangan momentum dan elektabilitas pada Pilpres mendatang. Apalagi publik sekarang makin kritis dalam menilai manuver politik,” tegasnya.

BACA JUGA:Lapas Kelas IIB Muaradua Ajak WBP Terus Jaga Keamanan

BACA JUGA:Warga Desa Mehanggin Dapatkan Layanan Cek Kesehatan Gratis

Menutup pernyataannya, Hensa menyarankan publik untuk mencermati bagaimana Presiden Prabowo merespons dukungan dini tersebut. Menurutnya, bukan tidak mungkin reshuffle kali ini akan membawa kejutan politik yang lebih luas.

“Prabowo punya gaya kepemimpinan yang kerap tidak terduga. Bisa saja reshuffle ini bukan hanya soal menteri, tapi juga penyusunan ulang koalisi dan peta kekuasaan. Apakah partai-partai itu akan tetap aman? Kita lihat saja nanti,” tutupnya.

Kategori :