Indonesia Masih Kesulitan Memahami Teknologi Aset Kripto, Menurut Survei
Indonesia Masih Kesulitan Memahami Teknologi Aset Kripto, Menurut Survei.-Foto ;ist-
HARIANOKUSELATAN.ID - Meskipun kesadaran terhadap aset kripto di Indonesia meningkat, tingkat pemahaman terhadap teknologi kripto tetap rendah, menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Consensys bekerja sama dengan YouGov. Survei ini melibatkan 1.041 responden berusia 18-65 tahun dari berbagai wilayah di Indonesia, yang dilakukan antara 23 Februari hingga 2 Mei 2024.
Hasil Survei
Kesadaran Terhadap Aset Kripto Meningkat
Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap aset kripto meningkat 4 persen dibandingkan tahun lalu. Indonesia kini berada di posisi kedua tertinggi di Asia, bersama dengan Korea Selatan. Meskipun demikian, adopsi kripto di Indonesia belum sepenuhnya optimal. Survei dari Chainalysis 2024 juga mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat ke-3 dunia dalam hal adopsi aset kripto, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Pemahaman Teknologi Kripto Masih Terbatas
63 persen responden mengaku kesulitan memahami teknologi terkait kripto, seperti blockchain, NFT, tokenisasi, dan smart contract. Meskipun kesadaran terhadap kripto meningkat, tantangan utama adalah kurangnya pemahaman yang mendalam, yang menekankan pentingnya edukasi yang lebih efektif.
Keamanan Kripto Masih Menjadi Fokus
89 persen masyarakat Indonesia menempatkan keamanan sebagai perhatian utama dalam transaksi dan investasi kripto. Meskipun terjadi penurunan kecil sebesar 3 persen dibandingkan tahun lalu, kesadaran akan pentingnya keamanan tetap tinggi, terutama di negara-negara Asia.
Penurunan Kepercayaan pada Institusi Keuangan Tradisional
Kepercayaan terhadap institusi keuangan tradisional menurun drastis, dengan hanya 66 persen masyarakat yang masih menganggapnya penting, turun 14 persen dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi menuju solusi keuangan berbasis teknologi desentralisasi.
Perubahan Persepsi terhadap NFT
NFT yang semula dipandang sebagai aset seni digital kini mulai dianggap sebagai bagian dari solusi finansial berbasis blockchain, membuka peluang bagi pengembangan ekosistem ekonomi berbasis blockchain di Indonesia.
Privasi Data Jadi Prioritas
Kekhawatiran terhadap privasi data juga mencuat, mencerminkan kebutuhan akan solusi teknologi yang mengutamakan transparansi dan keamanan informasi dalam penggunaan teknologi blockchain.
Peluang Edukasi Kripto
Meski masih ada tantangan dalam pemahaman, survei ini juga membuka peluang bagi pelaku industri untuk menyediakan edukasi yang lebih mudah diakses, serta relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Pernyataan Joseph Lubin
Joseph Lubin, Co-Founder Ethereum dan CEO Consensys, menyatakan bahwa teknologi blockchain dan desentralisasi dapat meningkatkan kepercayaan dan transparansi dalam pengelolaan data.
Menurutnya, survei ini juga mengungkapkan pentingnya privasi data, dengan 83 persen responden global menekankan isu ini. Lubin menambahkan bahwa tren positif untuk pertumbuhan dan adopsi kripto, Web3, dan blockchain terus berlanjut. Ia percaya bahwa 2024 adalah tahun yang monumental untuk kripto dan mendukung regulasi yang lebih jelas terkait aset kripto.(arl)