415 Kasus Karhutla Terjadi di Sumsel, Mayoritas di Wilayah Zona Merah

Satgas darat melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten Ogan Ilir, beberapa waktu lalu. -Foto: Ist.-
Sudirman menambahkan, meski masih sering turun hujan, kewaspadaan tetap tinggi karena musim kemarau masih berlangsung pada September. Hujan beberapa kali di sejumlah daerah membantu menekan jumlah hotspot.
Data mencatat, sepanjang Agustus 2025 terpantau 489 titik hotspot, lebih rendah dibanding Juli yang mencapai 1.321 titik. Sejak Januari hingga 3 September 2025, total hotspot yang terpantau mencapai 3.360 titik.
“Hotspot memang menurun, tetapi karhutla tetap terjadi. Contohnya pada 31 Agustus lalu, titik api terdeteksi di Sungai Rambutan, OKI, dengan lahan terbakar sekitar 1 hektare,” jelasnya.
BACA JUGA:Ekstrakurikuler Jadi Wadah Pembinaan Karakter di SMPN 01 Muaradua
BACA JUGA:Perangi DBD, Puskesmas Simpang Fogging di Lingkungan Warga
Upaya Penanggulangan dan Antisipasi
Sejak awal tahun, luas lahan yang terbakar di Sumsel sudah mencapai 1.416,94 hektare. Untuk menekan angka tersebut, berbagai langkah antisipasi dilakukan, mulai dari patroli darat, patroli udara, water bombing, hingga operasi modifikasi cuaca (OMC).
Saat ini, penanganan karhutla di Sumsel mendapat bantuan 6 helikopter BNPB, terdiri dari 2 helikopter patroli dan 4 unit water bombing. Selain itu, operasi modifikasi cuaca juga sudah dilakukan dua kali pada Juli dan Agustus lalu.
“Patroli rutin tetap dijalankan, baik udara maupun darat. Kita selalu mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar, karena risiko bencana asap bisa merugikan banyak pihak,” tegas Sudirman.