Harianokuselatan.bacakoran.co, Selain terkenal dengan keindahan alamnya seperti Danau Ranau dan Gunung Seminung, Kabupaten OKU Selatan juga menyimpan cerita menarik yang berhubungan dengan asal-usul nama ibu kotanya, Kota Muaradua. Kota ini memiliki sejarah yang tak banyak diketahui orang, meskipun lambangnya berupa burung walet sudah cukup dikenal.
Nama Muaradua berasal dari pertemuan dua aliran sungai, yakni Sungai Ogan dan Sungai Komering, yang bermuara langsung ke Sungai Musi. Tepatnya, Sungai Komering yang bermula dari Kota Muaradua di Kelurahan Pasar Lama, merupakan gabungan dari dua sungai, yaitu Sungai Selabung yang berhulu di Danau Ranau dan Sungai Saka yang berhulu di daerah Kisam Tinggi, atau yang dikenal dengan sebutan 'Aik Sake'. Pertemuan kedua sungai inilah yang menjadi dasar penamaan Muaradua, yang berarti "dua muara." Bagian hulu Sungai Komering terletak di kawasan Pasar Lama dan Simpang Pendagan, sekitar 1 kilometer dari pusat Kota Muaradua. Daerah ini dahulunya merupakan tempat berdagang para saudagar pada abad ke-18 dan ke-19, dengan perahu dan rakit bambu dari hulu sungai yang bersandar di tepi sungai berpasir. Pada masa itu, sungai menjadi jalur vital untuk distribusi barang dan kebutuhan ekonomi karena akses darat masih sulit. Di Pasar Lama, terdapat dua bangunan bersejarah, yaitu makam Puyang Komering (juga dikenal sebagai Puyang Raden Runtak) dan bekas jembatan gantung yang dulu menghubungkan Pasar Lama dengan Pendagan. Menariknya, makam Puyang Komering berada di titik tertinggi daerah tersebut dan dipercaya sebagai makam dari "Komering Singh," yang konon merupakan juragan pinang asal India. Nama "Komering" sendiri diduga berasal dari kata India yang berarti pinang, karena pengaruh saudagar India yang menetap di daerah ini. BACA JUGA:Oknum Kades di OKU Selatan Akui Korupsi Dana Desa Rp557,6 Juta untuk Kepentingan Pribadi BACA JUGA:Bupati OKU Selatan Minta RSUD Maksimalkan Pelayanan Selain itu, di hilir pertemuan Sungai Saka dan Selabung terdapat batu kodok dan bekas pondasi jembatan gantung, dengan salah satu keunikan berupa perbedaan warna air di bagian kiri dan kanan sungai saat hujan. Sungai Selabung yang keruh saat hujan tidak akan mempengaruhi kejernihan Sungai Saka jika tidak turun hujan di bagian hulunya. Tempat ini juga menjadi lokasi favorit bagi para pemancing karena memiliki lubuk sungai yang dalam, mencapai lebih dari 10 meter. Di bekas pondasi jembatan, terdapat tulisan tahun 1918, yang diyakini sebagai tahun pembangunan jembatan Komering di Pasar Lama. Jembatan ini sempat diledakkan oleh para pejuang Indonesia pada masa agresi militer Belanda tahun 1947–1948 untuk menghambat logistik dan pergerakan pasukan Belanda. Kini, Kota Muaradua memiliki dua jembatan baru: Jembatan Kuning yang menghubungkan Tangsi Bumi Agung dan Pasar Ulu, serta Jembatan Baru yang menjadi akses utama menuju Danau Ranau. Sungai Komering sendiri memiliki arti penting bagi tiga kabupaten, yaitu OKU Selatan, OKU Timur, dan OKI. Bahkan, irigasi sawah di Belitang bergantung pada air yang bersumber dari Sungai Komering, yang berasal dari dua sungai, Saka dan Selabung.(Win)
Kategori :