3 Rumah Sakit Indonesia Capai Level Tertinggi Digitalisasi Medis Dunia

Tim surveior HIMSS melakukan pengecekan terkait inovasi pemberian obat pasien, transfusi darah, dan ASI perah yang juga telah dilakukan secara digital di RS Pondok Indah Group demi memastikan akurasi dan meningkatkan keselamatan pasien. -Foto: Ist.-
BACA JUGA:Harga Emas di Palembang Kembali Naik Jadi Rp10.550.000 per Suku
BACA JUGA:Pemkab OKU Timur Tunggu Restu Kemendagri untuk Pelantikan Pejabat Definitif
Inovasi Digital yang Diterapkan
Keberhasilan ini ditopang oleh sejumlah terobosan penting, seperti:
Rumah sakit tanpa kertas (paperless hospital).
Integrasi perangkat medis dengan rekam medis elektronik (RME) sehingga data vital pasien terekam otomatis tanpa input manual.
Sistem data terstruktur untuk membantu pengambilan keputusan klinis.
Selain itu, RS Pondok Indah Group juga mengutamakan keterlibatan pasien (patient engagement). Melalui inovasi Smart Medical Broadcaster (SMB), pasien rawat inap dapat mengakses hasil pemeriksaan, data radiologi, hingga riwayat pengobatan langsung dari kamar, maupun melalui aplikasi RS Pondok Indah Mobile.
Bahkan, metode Patient-Reported Outcome Measures (PROM) juga telah diterapkan bagi pasien hemodialisis, memungkinkan dokter menyesuaikan terapi sesuai kebutuhan aktual pasien untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
BACA JUGA:Spetakuler, Festival Panjat Pinang 2025 Catat Sejarah Baru di JSC
BACA JUGA:Pelantikan PPPK 2025: 32 Calon Gugur, 5 Terancam Menyusul
Layanan Lebih Praktis dan Aman
Transformasi digital ini juga menyentuh layanan rawat jalan. Pasien kini hanya membutuhkan satu QR code untuk check-in, konsultasi dokter, pembayaran, hingga penebusan resep di apotek. Semua berlangsung cepat dan efisien tanpa antre panjang.
Menurut Imam Daru Nurwijayanto, Chief Information Technology Officer RS Pondok Indah Group, pendekatan yang digunakan adalah patient-centric. Sistem dilengkapi dengan clinical decision support dan Computerized Practitioner Order Entry (CPOE), yang memiliki fitur peringatan otomatis untuk mendukung keputusan medis.
Tak hanya itu, validasi digital juga sudah diterapkan pada proses pemberian obat, transfusi darah, hingga distribusi ASI perah—menjamin keamanan sekaligus efisiensi pelayanan.
“Pencapaian HIMSS EMRAM Level 7 ini bukan akhir, melainkan awal dari komitmen kami untuk terus berinovasi. Dengan fondasi digital yang kuat, kami siap menghadirkan layanan kesehatan berkelas internasional,” tutup dr. Yanwar.