"Kalau di Tanjung Lago, harga gabah Rp 5.500 perkilogramnya. Tapi, saya tanya dengan teman di Muara Telang harga gabah di sana Rp 5.100 perkilogramnya. Sedangkan, harga dari pemerintah katanya Rp 6.500 perkilonya. Tetapi dilapangan tidak sepertu itu, jauh selisihnya," kata Martoyo petani padi di Kecamatan Tanjung Lago
Dengan harga yang seenaknya ditentukan para tengkulak, petani yang menjadi pahlawan pangan tidak dapat berbuat banyak.Mereka hanya bisa menjerit, hingga mengalami rugi lantaran harga yang ditetapkan tengkulak.
Jangankan untuk mendapatkan keuntungan dari panen yang petani lakukan, terkadang petani juga harus menanggung hutang lantaran tidak bisa membayar tagihan hutang selama proses penanaman padi.
Benih, pupuk sampai sewa mesin panen. Bagaimana bisa untung, dari situ saja semuanya sudah mahal mulai dari benih, pupuk sampai sewa mesin panen," ungkapnya.
Para petani padi menuntut pemerintah untuk mengambil langkah terhadap harga yang ada di lapangan saat ini, karena sudah sangat merugikan petani.
Jangan hanya bisa menetapkan harga, tetapi kenyataan dilapangan harga sangat jauh berbeda.
Belum lagi, nantinya akan dilaksanakan panen raya. Seperti pengalaman sebelumnya, harga padi bisa jauh lebih anjlok, bahkan bisa menembus harga hanya Rp 4.300 perkilonya.
"Makanya, banyak petani sekarang ini memilih untuk mengalihkan sawahnya untuk ditanami sawit. Karena, dianggao lebih menguntungkan ketimbang menanam padi," pungkasnya.