"Saat ini, sudah saatnya dilakukan penyesuaian tarif. Trafik terus meningkat, dan untuk memastikan infrastruktur jalan tol tetap terawat dengan baik, kami harus melakukan penyesuaian tarif," ujar Adjib.
Ia juga menambahkan bahwa Hutama Karya telah melakukan sosialisasi secara masif mengenai manfaat dari penyesuaian tarif ini.
Sosialisasi dilakukan melalui berbagai kanal komunikasi, seperti media sosial, media konvensional, hingga media luar ruang.
Selain itu, Hutama Karya juga telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Pemerintah Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan serta melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Internal Terbatas pada 3 Oktober 2024.
FGD ini menghadirkan regulator, akademisi, pemerintah daerah, dan tokoh masyarakat sebagai forum diskusi komprehensif terkait rencana penyesuaian tarif.
Diskusi Komprehensif Melalui FGD
Adjib menjelaskan bahwa FGD bertujuan untuk mendengarkan masukan dari berbagai pihak terkait aspek operasional, ekonomi, serta peningkatan pelayanan dan kenyamanan pengguna jalan tol.
Dalam diskusi tersebut, Rahayu Sulistyorini, dosen teknik dari Universitas Lampung, menyampaikan bahwa pengembalian investasi jalan tol di luar Jawa memang membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan tol di Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, pengembalian investasi jalan tol dapat dicapai dalam waktu sekitar 10 tahun, sedangkan untuk Tol Trans Sumatera, seperti Terpeka, pengembalian investasi bisa mencapai belasan tahun.
"Penyesuaian tarif ini merupakan langkah yang tepat untuk mendukung pengembalian investasi, dan diharapkan dapat diterima oleh masyarakat,” jelas Rahayu.
Rahayu juga menambahkan bahwa meskipun ada kemungkinan penurunan volume kendaraan dalam jangka pendek akibat penyesuaian tarif.
Pengguna tol tetap akan memilih tol ini karena waktu tempuh yang lebih cepat dan keamanan yang ditawarkan.
Ia menyoroti bahwa aktivitas pendidikan dan mobilitas masyarakat yang meningkat menunjukkan bahwa manfaat dari tol ini telah dirasakan secara luas.