Kini, Wu mengelola basis penanaman sukulen terbesar di Zhejiang dengan luas sekitar 4,13 hektare dan memiliki lebih dari 400 jenis tanaman sukulen. Tahun lalu, omzet perusahaannya melonjak menjadi lebih dari 16 juta yuan (1 yuan = Rp2.270).
"Kami lahir di pegunungan, tetapi tidak terkungkung di sini," kata Wu, yang kini lebih fokus mengembangkan nilai tambah produk lewat agrowisata dan taman-taman yang dibuat sesuai pesanan.
Kepada Xinhua, Wu bercerita bahwa perusahaannya mengembangkan berbagai makanan berbahan sukulen, termasuk kue dan biskuit. "Toko makanan sukulen kami sangat populer hingga banyak pengunjung menyatakan ketertarikannya untuk membuka waralaba setelah mencicipi kue-kue kami. Banyak wisatawan asing pun takjub dengan rasanya," ujar Wu
"Kami ingin mempromosikan teknik dan membuka potensi penduduk desa untuk memulai bisnis mereka," ujar Wu, yang juga telah mengembangkan perusahaannya menjadi sebuah pusat pendidikan dan kewirausahaan di Zhejiang.
Atas dorongan Wu, banyak penduduk desa yang ikut menanam sukulen. Beberapa penduduk desa menanam hingga 10.000 atau 20.000 tanaman. Jika ada tanaman yang tersisa, perusahaannya akan membantu menjualnya, kata Wu kepada Xinhua.
Warga di Maoyang, kota pegunungan lain di Jingning, juga berhasil mengubah lumut daun yang tumbuh di sudut-sudut lembap menjadi ladang penghasilan yang membawa penduduk desa keluar dari kemiskinan dan menuju kemakmuran.
Dengan kabut, suhu yang sejuk, dan lereng curam, Maoyang menjadi tempat ideal untuk membudidayakan lumut. Kota ini telah mengembangkan industri khas yang berkembang pesat dalam pembibitan lumut dan penjualan produk terkait, seperti tanaman dalam pot serta produk budaya dan kreatif, termasuk lukisan lumut.