Bukan Tanpa Sebab Mengapa Orang Jawa Menyebut Sya’ban Bulan Ruwah

--

Lalu Gus Baha juga menjelaskan bulan Sya’ban atau Ruwah tersebut sebagai bulan “arwah”. Hal tersebut didasarkan bahwa pada bulan tersebut masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mendoakan arwah para lelulur pada bulan Sya’ban.

 

Selain itu, Ulama kharismatik asal Rembang ini juga menerangkan asal muasal tradisi mengirim doa untuk arwah pada bulan Sya’ban ini diadaptasi dari tradisi Yaman.

 

Penduduk Yaman pada bulan Sya’ban ini memiliki tradisi mengadakan haul Nabi Hud sehingga kiai-kiai Jawa mengirimkan doa ketika bulan Sya’ban atau bulan Ruwah. Maka muncullah istilah tradisi ruwah atau ruwahan, yang tidak asing di telinga masyarakat Jawa.

 

“Karena di antara tradisi di Indonesia mengikuti Yaman. Dan di Yaman itu ada khoulnya Nabiyullah Hud dan itu pada waktu Sya’ban. Sehingga kiai-kiai Jawa kalau kirim doa itu dibarengkan pas Sya’ban atau Ruwah”, terang Gus Baha.

 

Mengutip NU Online bahwa bulan sya'ban atau ruwah, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa mengadakan ritual doa untuk para arwah.

 

Keluarga yang masih hidup berbondong-bondong mendoakan arwah para leluhur menjelang bulan ramadhan. Baik melalui doa, sedekah, tahlil dan tahmid maupun langsung berziarah ke kubur.

 

Bulan sya'ban menjadi bulan istimewa, artinya ada beberapa tradisi yang berlaku di bulan ini yang tidak dilaksanakan pada bulan-bulan lain. Ada banyak macam nama untuk tradisi ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan atau di akhir bulan Sya'ban.

 

Sebagian mengatakan dengan istilah arwahan, nyekar (sekitar Jawa Tengah), kosar (sekitar Jawa Timur), munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan