Tempoyak, Warisan Budaya Takbenda Indonesia dengan Cita Rasa Khas Durian Fermentasi
--
Harianokuselatan.bacakoran.co – Tempoyak, makanan khas Melayu yang terbuat dari durian fermentasi, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) di Indonesia. Jambi mengakui tempoyak pada tahun 2011, sementara Sumatera Selatan menyusul pada 2019. Makanan ini kian populer dan menjadi salah satu ikon kuliner di Sumatra dan Kalimantan.
Tempoyak dibuat melalui proses fermentasi daging durian matang yang dipisahkan dari bijinya, diberi sedikit garam, dan disimpan dalam wadah tertutup selama 3–10 hari. Proses fermentasi ini menghasilkan cita rasa khas tempoyak yang asam, yang kemudian digunakan sebagai bumbu masakan atau lauk.
Cita Rasa Tempoyak yang Unik
Durian yang difermentasi menghasilkan rasa asam yang tajam dan unik. Tempoyak biasanya dipadukan dengan sambal dan disajikan bersama nasi. Di Jambi, masakan gulai tempoyak dengan ikan patin dan ikan baung menjadi hidangan favorit masyarakat. Sementara itu, di Sumatera Selatan, tempoyak sering digunakan dalam pepes ikan patin atau daging ayam.
Di Bengkulu, masyarakat mencampurkan tempoyak dengan udang yang memiliki tekstur lembut. Di Lampung, tempoyak digunakan sebagai bahan dalam hidangan seruit atau sambal yang dinikmati bersama lalapan seperti petai, kabau, atau jengkol.
Proses Pembuatan Tempoyak
Durian lokal yang telah matang dipisahkan dari bijinya, diberi sedikit garam, dan kadang ditambahkan cabai rawit untuk mempercepat fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 3-5 hari pada suhu ruangan, atau bisa lebih lama jika disimpan dalam kulkas. Setelah fermentasi selesai, tempoyak siap digunakan sebagai bumbu masakan.
Tempoyak yang telah difermentasi cocok untuk dibuat sambal. Sambal tempoyak umumnya dipadukan dengan ikan teri, ikan mas, ikan mujair, atau ikan patin. Tempoyak ini menambah cita rasa asam dan segar pada masakan, yang semakin menggugah selera.
Manfaat Tempoyak bagi Kesehatan
Selain rasanya yang khas, tempoyak juga mengandung nutrisi penting seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin C, dan zat besi. Proses fermentasi durian dalam tempoyak diketahui mampu meningkatkan daya cerna makanan dan mengurangi kandungan anti-gizi, sehingga memberikan manfaat kesehatan bagi yang mengonsumsinya.
Warisan Budaya yang Dilestarikan
Pengakuan tempoyak sebagai Warisan Budaya Takbenda di Jambi dan Sumatera Selatan semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu kuliner tradisional yang wajib dilestarikan. Keunikan tempoyak tidak hanya terletak pada cita rasanya, tetapi juga pada proses pembuatannya yang memanfaatkan fermentasi alami.
Dengan semakin dikenalnya tempoyak, masyarakat berharap makanan ini terus berkembang dan menjadi daya tarik wisata kuliner di Indonesia.(dst)