Air Radiator Habis di Jalan, Bolehkah Menggunakan Air Biasa?
HARIANOKUSELATAN.ID – Kehabisan cairan pendingin (coolant) saat berkendara bisa dialami siapa saja, terutama di kondisi lalu lintas padat dan cuaca panas. Minimnya aliran udara ke radiator membuat suhu mesin cepat meningkat.
Jika sistem pendingin kurang optimal—misalnya radiator kotor atau kipas lemah—coolant dapat mendidih dan keluar melalui saluran pembuangan. Selain itu, coolant juga bisa berkurang akibat kebocoran selang, tutup radiator aus, atau kerusakan water pump.
BACA JUGA:Citroen C3X Resmi Meluncur di India, Harga Mulai Rp 145 Jutaan
BACA JUGA:Honda PCX dan Yamaha Nmax Kuasai Pasar, Yadea Siap Hadirkan Skutik Listrik Bongsor
Bolehkah Pakai Air Biasa?
Dalam situasi darurat, sebagian pengemudi menuang air biasa ke radiator agar perjalanan bisa dilanjutkan. Menurut Fendi, Director PT Autokooling Jaya Nusantara (distributor resmi Koyorad di Indonesia), langkah ini sebaiknya hanya dilakukan sekali-sekali dalam kondisi terpaksa.
Air sumur atau air keran mengandung mineral dan kotoran yang dapat menimbulkan karat dan endapan di saluran pendingin. Dampaknya, aliran cairan pendingin terganggu dan kinerja radiator menurun.
"Kalau sekali dua kali saat darurat mungkin aman, tapi jangan dijadikan kebiasaan," ujar Fendi.
Risiko Menggunakan Air Biasa
Penyumbatan saluran radiator akibat endapan mineral
Korosi pada komponen logam karena tidak adanya zat aditif pelindung
Kerusakan water pump dan keausan dinding radiator lebih cepat
BACA JUGA:Poco M7 Plus Resmi Meluncur: Baterai 7.000 mAh, Layar 6,9 Inci, dan Snapdragon 6s Gen 3
BACA JUGA:Samsung Galaxy S25 FE, Tab S11, dan Tab S11 Ultra Terdaftar di TKDN, Siap Meluncur di Indonesia
Langkah Setelah Kondisi Darurat
Jika terpaksa menggunakan air biasa, Fendi menyarankan segera menguras radiator (flushing) dan menggantinya dengan coolant sesuai rekomendasi pabrikan.