Baca Koran harianokuselatan Online - Harian Oku Selatan

Mengapa Belakangan Ini Optimalisasi Game Semakin Buruk?

Mengapa Belakangan Ini Optimalisasi Game Semakin Buruk?.-foto;ist-

LOMBA MEWARNAI

HARIANOKUSELATAN.ID - Buruknya optimalisasi game semakin sering menjadi keluhan gamer beberapa tahun terakhir. Meski industri gaming terus berkembang dan ratusan judul baru rilis setiap tahun, tidak sedikit game modern yang justru hadir dengan performa mengecewakan. Game dengan anggaran besar, hype tinggi, serta masa pengembangan panjang kadang malah dihujat habis-habisan karena tidak mampu memberikan pengalaman bermain yang lancar.

Sering kali hal ini dianggap sebagai masalah “optimalisasi buruk”. Namun apakah memang sesederhana itu? Apakah game engine tertentu atau studio tertentu selalu menjadi penyebab masalah? Berikut pembahasan lengkapnya.

Mengapa Optimalisasi Game Menurun?

1. Kompleksitas Game Modern

Dibandingkan era PS1 dan PS2, game masa kini jauh lebih kompleks. Jika dulu RAM puluhan hingga ratusan MB sudah cukup untuk menjalankan game, kini spesifikasi standar melonjak hingga butuh 12GB VRAM dan 32GB RAM, terutama untuk game AAA.

Perkembangan grafis fotorealistis, ray tracing, path tracing, serta aset beresolusi tinggi membuat proses pengoptimalan jauh lebih menantang. Developer tidak hanya perlu memastikan shader dan memory usage efisien, tetapi juga harus menjaga stabilitas sistem yang menangani banyak proses secara bersamaan.

BACA JUGA:Harga BTC Anjlok 25%, November Jadi Bulan Terburuk Bitcoin Sejak 2018

BACA JUGA:Bitcoin Diproyeksi Lebih Bernilai dari Emas, Tom Lee Ungkap Perhitungannya

2. Game Multiplatform = Tantangan Ekstra

Di masa PS2, optimalisasi terasa mudah karena game dirancang hanya untuk satu perangkat dengan spesifikasi yang jelas. Kini, hampir semua game harus rilis multiplatform: PC, PlayStation, Xbox, dan terkadang Nintendo Switch.

Setiap platform memiliki arsitektur berbeda. Developer harus menghabiskan waktu ekstra untuk memastikan performa konsisten di semuanya. Akibatnya, proses rilis sering tergesa-gesa dan optimalisasi dikorbankan.

BACA JUGA:Skutik Listrik Baru Yamaha Kembaran Honda EM1 e: Mulai Dijual, Harga Rp 17 Juta

BACA JUGA:Mitsubishi Destinator Buatan Cikarang Mulai Diekspor ke Puluhan Negara

3. Game Engine yang Semakin “Bloated”

Game engine modern seperti Unreal Engine 5 menawarkan fitur visual mutakhir seperti Lumen dan Nanite. Namun fitur-fitur ini membutuhkan hardware kelas atas. Banyak studio mengadopsinya terlalu cepat tanpa memahami seluk-beluk optimasinya.

Hasilnya? Game tampil memukau, tetapi performanya merosot—bahkan pada hardware tinggi sekalipun. Masalahnya bukan sepenuhnya pada engine, melainkan keterbatasan waktu dan tekanan dari publisher untuk segera merilis game.

4. Ketergantungan pada AI Upscale & Frame Generation

Teknologi seperti DLSS, FSR, dan XeSS memang membantu gamer memperoleh performa lebih tinggi, namun secara tidak langsung membuat developer kurang terdorong melakukan optimalisasi mendalam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan