Developer Indie Jepang Ungkap Alasan Game FPS dari Negaranya Kerap Gagal
HARIANOKUSELATAN.ID - Genre First-Person Shooter (FPS) bukanlah bidang yang mendominasi industri game Jepang. Meskipun ada beberapa pengecualian seperti Resident Evil 7: Biohazard dan Resident Evil Village, sebagian besar game FPS buatan Jepang cenderung kurang mendapatkan perhatian di pasar global maupun domestik.
Seorang developer game indie asal Jepang membagikan analisis menarik mengenai fenomena ini.
Teori dari Developer Indie: Minimnya Wawasan Militer
Melalui akun media sosial X (Twitter), developer indie bernama Doekuramori—kreator game Beyond Citadel—membagikan pandangannya tentang kegagalan banyak developer Jepang dalam mengeksekusi game FPS, khususnya yang mengusung tema militer.
BACA JUGA:Tahap Produksi Marvel’s Blade Baru Dimulai Akhir 2024
BACA JUGA:[RUMOR] Open Beta Battlefield 6 Bocor dari Hasil Datamine
Menurut Doekuramori, minimnya pengetahuan masyarakat Jepang terhadap dunia militer menjadi salah satu penyebab utama. Ia menyebut bahwa developer Jepang "bertarung di medan yang bukan kekuatan mereka", apalagi saat mencoba meniru gaya Call of Duty (CoD) yang sangat populer di Barat.
Developer Barat Pun Gagal Tiru CoD
Doekuramori juga menambahkan bahwa bahkan developer Barat sendiri mengalami kesulitan dalam meniru kesuksesan Call of Duty. Ia mencontohkan kegagalan Medal of Honor: Warfighter, meski tim pengembangnya berasal dari pengembang asli CoD. Karena itu, ia berpendapat bahwa developer Jepang tidak seharusnya memaksakan diri bersaing di ranah yang terlalu asing bagi mereka.
BACA JUGA:Drawing Grup dan Jadwal MSC 2025: Onic ID dan RRQ Hoshi Siap Bertarung Mulai 23 Juli
BACA JUGA:Gravity Game Link Umumkan Tanggal Rilis Dragonica Origin, Hadir 16 Juli 2025
Saran untuk Developer Jepang
Alih-alih meniru CoD, Doekuramori menyarankan agar developer Jepang fokus pada kekuatan yang mereka miliki, terutama dari segi gameplay. Ia mengapresiasi bagaimana Resident Evil tetap mendapatkan pujian meski mengusung gaya visual ala Barat yang terkadang dianggap berlebihan atau "norak".
Menurutnya, keberhasilan Capcom bukan karena mengikuti standar produksi Hollywood, melainkan karena mereka mampu menghadirkan pengalaman bermain yang kuat dan memuaskan. Hal inilah yang menurutnya perlu diprioritaskan oleh developer Jepang ketika membuat game AAA, termasuk FPS.
BACA JUGA:Akhir Pelarian 4 Tahun, Begal Sadis di OKU Timur Diciduk Saat Pulang Hadiri Nikahan Kakak
BACA JUGA:Gara-Gara Bonus, Subnautica 2 Tunda Rilis dan Bos Pengembang Dipecat
Doekuramori percaya bahwa Jepang memiliki potensi besar dalam mengembangkan game FPS yang unik, asalkan tidak berusaha meniru template sukses dari luar tanpa menyesuaikannya dengan kekuatan internal mereka.