HARIANOKUSELATAN.ID – Tren mobil listrik di Indonesia terus meningkat seiring kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Meski tidak memakai mesin pembakaran dalam, mobil listrik tetap membutuhkan perhatian ekstra, terutama pada sistem pengereman.
Pasalnya, torsi instan dari motor listrik langsung tersalurkan ke roda ketika pedal gas diinjak. Ditambah lagi, sebagian besar mobil listrik menggunakan transmisi otomatis yang minim efek engine brake. Kondisi ini membuat rem bekerja lebih keras dan cairan rem memegang peranan penting agar sistem tidak gagal berfungsi.
BACA JUGA:WhatsApp Hadirkan Fitur Baru: Jadwalkan Panggilan Grup hingga Ekspresi Emoji
BACA JUGA:Infinix Hot 60 Pro+ Siap Meluncur di Indonesia, Usung Desain Tipis dan Performa Gahar
Risiko Cairan Rem pada Mobil Listrik
Menurut Henry Sada, Direktur Utama PT Autochem Industry (AI), salah satu masalah umum pada cairan rem adalah vapor lock. Kondisi ini terjadi saat cairan rem mendidih akibat suhu tinggi (150–180°C), sehingga muncul uap air yang mengganggu tekanan hidraulis dan membuat pedal rem terasa kosong.
Karena cairan rem bersifat higroskopis (mudah menyerap air), titik didihnya bisa turun drastis saat terkontaminasi. Contohnya, Prestone Brake Fluid DOT 4 memiliki titik didih 265°C saat baru, namun bisa turun menjadi 155°C bila tercampur air 3%.
BACA JUGA:Huawei Resmikan MatePad Air 12 dan MatePad 11.5 S, Andalkan Layar 144Hz dan HarmonyOS 5
BACA JUGA:Dianggap Sarang Predator Seks, Roblox Digugat di AS dan Dapat Sorotan di Indonesia
Solusi: Cairan Rem Khusus
Untuk menjawab tantangan ini, Prestone menghadirkan cairan rem dengan formula khusus yang:
Lebih tahan terhadap oksidasi.
Menjaga kadar air tetap rendah.
Diproduksi sesuai standar tropis Indonesia, dengan kadar air di bawah SNI 0,3%.
Berdasarkan uji laboratorium Karl Fischer, kadar air pada cairan rem Prestone tetap stabil meski disimpan hingga satu tahun.
“Cairan rem Prestone dibuat dengan standar kualitas tinggi dan melalui pengecekan di beberapa tahap produksi. Kami memakai alat berstandar internasional seperti Karl Fischer yang lebih akurat dibanding alat lapangan,” jelas Henry.