Developer Indie Jepang Ungkap Alasan Game FPS dari Negaranya Kerap Gagal

Senin 14 Jul 2025 - 16:27 WIB
Reporter : Arel Muzaki
Editor : Arel Muzaki

HARIANOKUSELATAN.ID - Genre First-Person Shooter (FPS) bukanlah bidang yang mendominasi industri game Jepang. Meskipun ada beberapa pengecualian seperti Resident Evil 7: Biohazard dan Resident Evil Village, sebagian besar game FPS buatan Jepang cenderung kurang mendapatkan perhatian di pasar global maupun domestik.

Seorang developer game indie asal Jepang membagikan analisis menarik mengenai fenomena ini.

Teori dari Developer Indie: Minimnya Wawasan Militer

Melalui akun media sosial X (Twitter), developer indie bernama Doekuramori—kreator game Beyond Citadel—membagikan pandangannya tentang kegagalan banyak developer Jepang dalam mengeksekusi game FPS, khususnya yang mengusung tema militer.

BACA JUGA:Tahap Produksi Marvel’s Blade Baru Dimulai Akhir 2024

BACA JUGA:[RUMOR] Open Beta Battlefield 6 Bocor dari Hasil Datamine

Menurut Doekuramori, minimnya pengetahuan masyarakat Jepang terhadap dunia militer menjadi salah satu penyebab utama. Ia menyebut bahwa developer Jepang "bertarung di medan yang bukan kekuatan mereka", apalagi saat mencoba meniru gaya Call of Duty (CoD) yang sangat populer di Barat.

Developer Barat Pun Gagal Tiru CoD

Doekuramori juga menambahkan bahwa bahkan developer Barat sendiri mengalami kesulitan dalam meniru kesuksesan Call of Duty. Ia mencontohkan kegagalan Medal of Honor: Warfighter, meski tim pengembangnya berasal dari pengembang asli CoD. Karena itu, ia berpendapat bahwa developer Jepang tidak seharusnya memaksakan diri bersaing di ranah yang terlalu asing bagi mereka.

BACA JUGA:Drawing Grup dan Jadwal MSC 2025: Onic ID dan RRQ Hoshi Siap Bertarung Mulai 23 Juli

BACA JUGA:Gravity Game Link Umumkan Tanggal Rilis Dragonica Origin, Hadir 16 Juli 2025

Saran untuk Developer Jepang

Alih-alih meniru CoD, Doekuramori menyarankan agar developer Jepang fokus pada kekuatan yang mereka miliki, terutama dari segi gameplay. Ia mengapresiasi bagaimana Resident Evil tetap mendapatkan pujian meski mengusung gaya visual ala Barat yang terkadang dianggap berlebihan atau "norak".

Menurutnya, keberhasilan Capcom bukan karena mengikuti standar produksi Hollywood, melainkan karena mereka mampu menghadirkan pengalaman bermain yang kuat dan memuaskan. Hal inilah yang menurutnya perlu diprioritaskan oleh developer Jepang ketika membuat game AAA, termasuk FPS.

BACA JUGA:Akhir Pelarian 4 Tahun, Begal Sadis di OKU Timur Diciduk Saat Pulang Hadiri Nikahan Kakak

BACA JUGA:Gara-Gara Bonus, Subnautica 2 Tunda Rilis dan Bos Pengembang Dipecat

Doekuramori percaya bahwa Jepang memiliki potensi besar dalam mengembangkan game FPS yang unik, asalkan tidak berusaha meniru template sukses dari luar tanpa menyesuaikannya dengan kekuatan internal mereka.

 

Kategori :