Mitos Makanan Pembakar Lemak, Ahli Gizi: Kunci Utama Tetap Olahraga dan Defisit Kalori
LONDON, HARIANOKUSELATAN – Anggapan bahwa makanan atau minuman tertentu dapat “membakar lemak” ditepis oleh Bethan Crouse, pakar nutrisi olahraga dari Loughborough University. Menurutnya, proses pembakaran lemak sebenarnya adalah oksidasi lemak tubuh, yakni pemecahan lipid menjadi asam lemak untuk dijadikan energi.
Crouse menegaskan, tidak ada makanan yang bisa secara langsung membakar lemak. “Untuk bisa mengoksidasi lemak, makanan harus meniru efek olahraga. Itu jelas tidak mungkin,” ujarnya.
Ia menjelaskan, olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang membuat tubuh lebih banyak menggunakan lemak sebagai bahan bakar, sementara intensitas tinggi beralih ke karbohidrat.
BACA JUGA:Bupati Abusama Pimpin Upacara Hari Kesaktian Pancasila di OKU Selatan
BACA JUGA:Kejagung Usut Dugaan Korupsi Migas Blok Ketapang, Sudah Periksa Puluhan Saksi
BACA JUGA:Polemik PPP, Pemerintah Hanya Akan Sahkan Kepengurusan Sesuai AD/ART
Namun, tanpa defisit kalori, penurunan berat badan tidak akan terjadi meski oksidasi lemak meningkat.
Mengenai mitos teh hijau sebagai pembakar lemak, Crouse menyebut efeknya berasal dari kandungan kafein yang dapat sedikit meningkatkan pelepasan hormon adrenalin dan noradrenalin. “Pengaruhnya sangat kecil dan bukti risetnya belum kuat. Tidak bisa dijadikan andalan,” tegasnya.
Ia mengimbau masyarakat tidak terjebak pada klaim superfood atau suplemen. “Kunci perubahan komposisi tubuh adalah meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi asupan kalori secara bertahap,” tutupnya.