Dolar Melemah, Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi US$3.500 per Troy Ounce
HARIAOKUSELATANID – Harga emas dunia kembali memecahkan rekor. Pada akhir Agustus 2025, logam mulia itu diperdagangkan di kisaran US$3.500 per troy ounce, level tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan harga dipicu kombinasi faktor geopolitik, pelemahan dolar AS, hingga perubahan strategi bank sentral global.
Gejolak Geopolitik Dorong Permintaan Emas
Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), emas semakin diminati karena ketegangan geopolitik membuat investor menghindari aset berisiko.
BACA JUGA:Tata Sierra EV Siap Tantang Suzuki e Vitara dan Creta EV
BACA JUGA:KTM Kepergok Uji Motor Baru Bermesin 450 cc Buatan China
“Ketika konflik global meningkat, investor cenderung menempatkan dana di instrumen yang lebih aman. Emas menjadi pilihan utama karena nilainya bersifat universal,” jelas Gunawan, Senin (1/9/2025).
Konflik Rusia–Ukraina, ketegangan Iran–Israel, perselisihan India–Pakistan, hingga gesekan Thailand–Kamboja disebut memperkuat tren akumulasi emas di pasar global.
Dolar AS Tertekan, Emas Kian Perkasa
Selama paruh pertama 2025, indeks Dolar AS (DXY) anjlok 10,7 persen—penurunan terdalam dalam lebih dari lima dekade, menurut laporan JPMorgan.
Pelemahan ini dipicu perlambatan ekonomi AS, defisit fiskal yang melebar, hingga ketidakpastian kebijakan politik. Kondisi tersebut mengingatkan pada tren pelemahan dolar di periode 2002–2008.
Selain itu, sikap dovish The Fed dan tekanan politik untuk menurunkan suku bunga membuat investor mencari alternatif aset lindung nilai. Emas pun menjadi sasaran utama.
BACA JUGA:Tecno & DXOMark Bangun Laboratorium Gambar Otomatis di China
BACA JUGA:Live TikTok Dinilai Bisa Memicu Situasi Memanas, Ini Analisisnya
Kebijakan Tarif AS & Strategi Bank Sentral
Kebijakan tarif dagang Amerika Serikat turut memperlemah dominasi dolar. Banyak negara kini beralih mencari mitra baru sekaligus mengurangi ketergantungan pada greenback.
“Tarif impor membuat posisi dolar sebagai mata uang internasional tertekan, sekaligus memperkuat daya tarik emas,” tambah Gunawan.
Tren ini diperkuat dengan langkah bank sentral global yang lebih banyak menyimpan emas ketimbang obligasi dolar, sebagaimana data terbaru yang dibagikan analis Tavi Costa.