Pelapor Khusus PBB untuk Gaza Dikenai Sanksi AS

--

IKLAN UMROH

Washington: Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump menjatuhkan sanksi terhadap Francesca Albanese. Ia merupakan Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk wilayah pendudukan Palestina.

Melansir dari Al Jazeera, Sabtu (12/7/2025), Albanese dikenai sanksi atas kritiknya terhadap pelanggaran Israel di Gaza. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menuduh Albanese melakukan kampanye politik dan ekonomi melawan Amerika Serikat dan Israel.

Sanksi ini mencakup pembekuan aset di AS serta pelarangan masuk ke wilayah AS bagi Albanese dan anggota keluarganya. Albanese dikenal sebagai salah satu suara paling vokal dalam menyerukan penghentian pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel.

Ia mendesak penuntutan terhadap pejabat tinggi Israel di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan perang. Menanggapi sanksi tersebut, Albanese menyebutnya sebagai “teknik intimidasi ala mafia”.

Albanese menegaskan dirinya tetap fokus menjalankan mandatnya sebagai pelapor independen. Ia mengatakan dirinya tengah mengingatkan negara-negara anggota PBB mengenai kewajiban mereka untuk menghentikan dan menghukum tindakan genosida.

“Saya sibuk mengingatkan negara-negara anggota tentang kewajiban mereka untuk menghentikan dan menghukum genosida. Dan juga mereka yang mendapatkan keuntungan darinya,” ujarnya.

Albanese baru-baru ini merilis laporan yang mendokumentasikan keterlibatan perusahaan-perusahaan internasional dalam mendukung operasi militer Israel di Gaza. Beberapa perusahaan asal Amerika Serikat turut disebut dalam laporan tersebut, yang menyebut serangan tersebut sebagai bentuk genosida.

Tindakan Amerika Serikat ini menuai kritik luas dari komunitas internasional. Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Türk menyerukan pencabutan segera sanksi terhadap Francesca Albanese.

Ia juga menuntut penghentian segala bentuk ancaman terhadap pejabat lembaga internasional. Sementara itu, Albanese menyebut sanksi tersebut sebagai tanda rasa bersalah, bukan kekuatan.

“Yang kuat menghukum mereka yang berbicara untuk yang lemah bukanlah tanda kekuatan, melainkan tanda rasa bersalah,” tulisnya dalam postingan X.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan