Ritual dan Larangan Malam 1 Suro: Warisan Budaya yang Hidup di OKU Selatan

Ritual dan Larangan Malam 1 Suro: yang masih melekat di wilayah OKU Selatan. -Foto: Ilustrasi/Harian OKU Selatan.-

HARIANOKUSELATAN.ID - Malam 1 Suro atau 1 Muharram dalam kalender Islam merupakan malam yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa.

Di OKU Selatan, peringatan malam ini juga masih hidup dalam berbagai bentuk tradisi dan kepercayaan yang dijaga secara turun-temurun.

Salah satu tradisi yang masih dilakukan adalah tapa bisu. Beberapa warga menjalani ritual mengelilingi tempat tertentu tanpa berbicara sepatah kata pun.

BACA JUGA:Iran Tembakkan 440 Rudal, Sistem Pertahanan Israel Nyaris Ambruk

BACA JUGA:Bertemu Prabowo, Putin Minta Indonesia Jadi Kekuatan Besar di BRICS

Tapa bisu dilakukan sebagai bentuk perenungan dan latihan mengendalikan diri.

Tradisi lainnya adalah kirab pusaka. Masyarakat yang memiliki benda peninggalan leluhur atau pusaka terkadang mengarak benda tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan warisan budaya.

Selain itu, malam 1 Suro juga diisi dengan kenduri dan doa bersama. Kegiatan ini biasanya dilakukan di rumah atau tempat ibadah, dengan tujuan memohon keselamatan, berkah, dan ketenangan dalam menjalani tahun baru Islam.

BACA JUGA:Sumsel United Siap Datangkan Pemain Asing, Target Langsung Liga 1

BACA JUGA:Jakarta Kini Jadi Pusat FIFA Asia Tenggara dan Timur

Seiring dengan ritual yang dilakukan, terdapat pula sejumlah larangan yang masih dipercaya masyarakat. Larangan tersebut antara lain tidak keluar rumah pada malam hari, tidak menggelar pesta atau hajatan, serta tidak berkata kasar atau membuat keributan.

Malam ini juga dianggap sebagai waktu yang rawan secara spiritual, karena dipercaya makhluk halus lebih aktif dari biasanya.

Malam 1 Suro juga dimaknai sebagai waktu untuk introspeksi diri. Banyak warga yang memanfaatkannya untuk merenung, menenangkan pikiran, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini menjadi momen untuk memulai hal-hal baik dan meninggalkan kebiasaan buruk.

BACA JUGA:Mega Proyek Pasar Cinde Gagal Total, Jaksa Kejati Turun Gunung Sisir Puing Proyek Rp330 Miliar

BACA JUGA:Pedagang Pasar Cinde Menjerit! Tujuh Tahun Terlantar, Kini Harapan Cuma pada Jaksa

Perlu dipahami bahwa tradisi malam 1 Suro berbeda-beda di setiap daerah. Sebagian larangan atau kepercayaan mungkin tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran agama, namun tetap menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.

Karena itu, penting untuk tetap menghargai tradisi sambil menjaga nilai-nilai agama dan kearifan lokal.

Jika Anda berada di OKU Selatan saat malam 1 Suro, Anda akan menemukan suasana yang lebih tenang dan penuh doa, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap malam yang dianggap penuh makna spiritual ini. (arl)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan