Boss PlayStation Sebut Perusahaan Tidak akan Mengulangi Kesalahan seperti Concord
HARIANOKUSELATAN.ID - Concord, game buatan Firewalk Studios, menjadi salah satu contoh kegagalan pahit di industri game. Hanya dalam waktu kurang dari dua minggu setelah perilisannya, Sony memutuskan untuk menutup layanan game tersebut karena tidak mampu memenuhi ekspektasi publik.
Kini, Sony PlayStation menegaskan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama ke depannya. Hal ini disampaikan langsung dalam sesi tanya jawab bersama investor.
BACA JUGA:[RUMOR] DLC The Witcher 3 Baru Tengah Dikembangkan
BACA JUGA:Pemkab OKU Selatan Verifikasi Data Pekerja Rentan untuk Perlindungan Sosial
PlayStation Akui Kegagalan dan Ambil Langkah Evaluatif
Dalam sesi Q&A investor, Hermen Hulst, CEO Sony Interactive Entertainment Business Group, mengungkapkan pihaknya telah belajar banyak dari kegagalan Concord. Ia menegaskan bahwa Sony akan melakukan evaluasi mendalam terhadap proses pengembangan game Live Service mereka.
Pernyataan ini disampaikan saat menanggapi kekhawatiran investor terhadap game Marathon, proyek Live Service selanjutnya dari Sony. Banyak pemain yang menyebutnya sebagai “Concord 2.0”, menyoroti kekhawatiran akan kegagalan yang sama terulang.
Live Service: Kesempatan dan Tantangan
Hulst mengakui bahwa game berbasis Live Service menawarkan kesempatan luar biasa, seperti yang terbukti melalui kesuksesan Helldivers 2. Namun, ia juga menyebut tantangan besar yang menyertai genre ini, termasuk kompetisi pasar yang ketat dan ekspektasi tinggi dari gamer.
BACA JUGA:Kreator Nier Automata Tepis Rumor Square Enix Membatasi Desain Karakter Gamenya
BACA JUGA:Bapperida OKU Selatan Gelar Rapat Pemutakhiran Rancangan Renja 2026
Dia menambahkan bahwa sesi Alpha Test Marathon telah memberikan banyak masukan penting. Berdasarkan hal itu, tim akan lebih berhati-hati dalam pengembangan, terutama dari sisi mekanisme gameplay dan model monetisasi.
Evaluasi dan Komitmen untuk Masa Depan
Menurut Hulst, Concord tidak gagal karena kurangnya usaha dari tim pengembang, namun karena game tersebut tidak mampu bersaing secara diferensiatif di pasar yang sudah jenuh dengan game shooter sejenis. Hal ini memicu introspeksi internal untuk meninjau ulang pendekatan dan strategi ke depan.