Baca Koran harianokuselatan Online - Harian Oku Selatan

Harga Bitcoin Masih Tertekan di Zona Merah, Ini Penyebabnya

Bitcoin.-foto;ist-

LOMBA MEWARNAI

HARIANOKUSELATAN.ID – Harga Bitcoin (BTC) masih belum mampu keluar dari zona merah hingga Jumat, 17 Oktober 2025. Sentimen global, terutama meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, menjadi faktor utama yang menekan pasar kripto.

Berdasarkan data CoinMarketCap pada Kamis (16/10/2025), harga Bitcoin berada di level USD 111.430 atau sekitar Rp 1,84 miliar, melemah 0,57% dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan, BTC bergerak fluktuatif di antara level terendah USD 107.318 dan tertinggi USD 123.535, mencerminkan volatilitas tinggi pasca “black friday” akibat perang tarif dua raksasa ekonomi dunia itu.

BACA JUGA:Yadea OVA Resmi Meluncur di Indonesia, Sepeda Listrik Stylish untuk Perempuan

BACA JUGA:Tips Pasang Lampu Bi-LED di Mobil, Bisa Plug and Play?

Kapitalisasi pasar Bitcoin kini tercatat di kisaran Rp 36.629 triliun, sementara volume perdagangan harian turun 24% menjadi Rp 1.136 triliun. Penurunan ini terjadi usai China menjatuhkan sanksi terhadap suku cadang asal AS yang digunakan perusahaan pelayaran Korea Selatan, memperburuk tensi perdagangan kedua negara.

Pada Jumat (17/10/2025), koreksi berlanjut. Harga Bitcoin anjlok 2,67% dalam 24 jam terakhir, dan turun 11,34% sepanjang sepekan. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran USD 107.976 atau sekitar Rp 1,78 miliar (kurs Rp 16.566 per USD).

Ketegangan Global Tekan Pasar Kripto

Ketegangan AS–China memicu total kapitalisasi pasar kripto global anjlok dari USD 3,96 triliun menjadi USD 3,75 triliun, menghapus lebih dari USD 210 miliar dalam sehari.

Sementara beberapa altcoin mulai pulih, Bitcoin masih berada dalam tekanan bearish. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa negaranya kini “secara aktif terlibat dalam perang dagang dengan China” setelah ancaman tarif 100% untuk semua impor dari Negeri Tirai Bambu.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan situasi geopolitik tersebut membuat investor mencari aset yang lebih aman.

“Selama hubungan AS–China belum stabil, kripto akan sulit pulih karena investor cenderung menghindari aset berisiko,” ujarnya dalam keterangan resmi.

BACA JUGA:Oppo Find X9 dan X9 Pro Resmi Dirilis, Usung Spek Gahar dan Siap Masuk Indonesia

BACA JUGA:Wujud Redmi K90 Pro Max Terungkap, Usung Audio Bose dan Chip Snapdragon 8 Elite Gen 5

Analisis Teknikal Bitcoin

Fyqieh menjelaskan, fase tekanan kali ini masih menjadi bagian dari “badai” siklus pasar kripto.

“Setiap bear market punya pemicu berbeda. Tahun 2018 karena larangan di China, 2022 karena kenaikan suku bunga The Fed, dan sekarang 2025 karena perang dagang AS–China. Siklus ini tidak bisa dihindari, tapi biasanya diikuti pemulihan,” katanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan