HARIANOKUSELATAN.ID - Harga Bitcoin (BTC) baru-baru ini mencetak rekor baru, menembus US$ 107.000, dan menunjukkan tanda-tanda bahwa tren bullish ini belum mencapai puncaknya. Para analis kripto percaya bahwa harga Bitcoin bisa terus mengalami kenaikan signifikan, dengan beberapa faktor teknis dan historis yang mendukung prediksi tersebut.
Indikator Teknis: Ruang Kenaikan Masih Terbuka
Salah satu faktor utama yang menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut adalah Relative Strength Index (RSI) Bitcoin. Berdasarkan data dari platform Barchart, RSI Bitcoin saat ini berada di angka 77,19, jauh di bawah level 90, yang biasa dicapai pada puncak siklus harga sebelumnya (2017 dan 2021). Meskipun RSI di atas 70 biasanya mengindikasikan bahwa aset tersebut telah dibeli secara berlebihan atau overbought, Bitcoin historisnya bisa tetap berada dalam kondisi ini dalam waktu yang lama, sambil terus mencetak harga yang lebih tinggi.
Aktivitas Whale: Sinyal Positif untuk Pasar
Sinyal positif lainnya datang dari aktivitas whale, atau investor besar. Analis kripto Ali Martinez melaporkan bahwa dalam 48 jam terakhir, dompet yang menyimpan antara 100 hingga 1.000 BTC telah membeli lebih dari 70.000 BTC, senilai sekitar US$ 7,28 miliar. Aktivitas pembelian besar oleh whale sering dianggap sebagai indikator bahwa pasar akan melanjutkan tren kenaikan, karena pembelian besar ini dapat menarik minat investor kecil atau ritel.
Tren Historis dan Dampak Pemilihan Presiden AS
Secara historis, Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pipres) telah memberikan dorongan signifikan bagi harga Bitcoin. Siklus halving Bitcoin yang terjadi setiap empat tahun sering bertepatan dengan momen-momen ini, yang memperkuat potensi kenaikan harga. Beberapa contoh mencatatkan lonjakan harga Bitcoin setelah Pilpres AS:
Setelah Pilpres 2012, harga Bitcoin melambung dari US$ 15 menjadi lebih dari US$ 1.000 pada 2013.
Setelah Pilpres 2016, harga Bitcoin mencapai hampir US$ 18.000 pada(arl)