HARIANOKUSELATAN.ID – Kendaraan bermotor listrik mulai digencarkan di Indonesia, tetapi masih banyak yang menganggap motor listrik belum keren. Salah satu alasan utamanya adalah karena motor listrik tidak memiliki suara mesin atau knalpot yang khas.
Wakil Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI), Rifat Sungkar, menyatakan bahwa suara dari mesin dan knalpot sering jadi daya tarik bagi pecinta otomotif. Banyak orang bahkan memodifikasi kendaraannya agar mengeluarkan suara yang lebih menarik.
BACA JUGA:Motor Listrik Tangkas X7 Jadi Armada Ojol, Jarak Tempuhnya 120 Km!
BACA JUGA:Diklaim Mudah Dirawat, Ini 3 Langkah Penting yang Harus Diperhatikan Pemilik Motor Listrik
"Sekarang problemnya setiap kali saya ngobrol sama yang seumuran saya dan di bawahnya, jauh di bawah saya, mereka selalu bilang naik motor atau mobil listrik itu belum keren. That's the biggest problem. Sementara market terbesar kita adalah mereka," ujar Rifat Sungkar dalam acara Jakarta Marketing Week, Rabu (14/6/2023).
Menurut Rifat, anak muda biasanya merasa motor yang tidak mengeluarkan suara seperti mesin itu kurang keren. Karena itu, beberapa pabrikan bahkan menciptakan artificial sound atau suara buatan agar kendaraan listrik lebih menarik secara auditori.
BACA JUGA:Yadea Hadirkan Skuter Listrik dengan Baterai Ion Natrium, Isi Daya Hanya 15 Menit
BACA JUGA:Rekomendasi Motor Listrik Terbaru 2025, Termasuk Model Mirip Motor Trail untuk Petualangan
Meski demikian, Rifat berpendapat bahwa persepsi tersebut sebenarnya bisa diubah lewat edukasi dan pemasaran yang tepat.
"Saya ambil contoh adik saya Vanesha, dia umur 21 tahun, begitu ditanya mau beli mobil apa, jawabnya Tesla. Itu kelihatan keren. Jadi top of mind itu harus dibilang dulu kalau naik kendaraan listrik itu keren," katanya.
BACA JUGA:Mengenal Baterai LFP (LiFePO4) di Motor Listrik
BACA JUGA:United E-Motor Punya Fitur Hill Start Assist, Anti Mundur Saat Nanjak!
Rifat juga mengakui dirinya pun sempat punya kekhawatiran soal kendaraan listrik yang senyap, tetapi ia percaya bahwa hal ini hanyalah persepsi.
"Sebenarnya teknologi sudah ada, yang perlu dijalankan adalah marketing tools yang tepat untuk mengubah persepsi itu," tambahnya.(arl)