Mampukah AI Memahami Emosi Manusia Seperti Seorang Terapis?
Remaja makin nyaman curhat ke chatbot karena merasa aman dan tak dihakimi. Psikolog ingatkan, peran orangtua tetap penting dan tak tergantikan-foto;ist-
Peneliti dari Carnegie Mellon University menjelaskan bahwa AI tidak bisa “hadir secara emosional” dan tidak mampu memahami nuansa sosial dalam hubungan terapeutik.
Dengan kata lain, menggunakan AI untuk terapi sama seperti mencoba memperbaiki masalah manusiawi dengan alat yang tidak manusiawi.
BACA JUGA:Nissan hadirkan panel surya untuk tambah jarak tempuh Sakura EV
BACA JUGA:PT CSI tegaskan produknya sudah kompatibel dengan BBM campuran etanol
Gunakan Chatbot AI dengan Bijak
AI memang bisa menjadi alat bantu pendukung kesehatan mental, seperti aplikasi Wysa, Woebot, atau Therabot, yang dikembangkan dengan pengawasan medis. Namun, pengguna tetap disarankan untuk tidak menggantikan peran terapis atau psikolog profesional dengan chatbot.
Jika hanya digunakan untuk menenangkan diri atau menyalurkan pikiran, tidak masalah. Namun, pengguna harus sadar bahwa chatbot tidak memahami emosi, hanya mengolah data dan pola bahasa.
Hindari berbagi informasi pribadi sensitif dan jangan mengikuti saran AI untuk keputusan penting terkait kesehatan mental.
Apabila merasa stres berat, cemas, atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera cari bantuan profesional seperti psikolog atau layanan konseling resmi.
