Sopir Angkot dan Angdes Muaradua Mengeluh Penumpang Kian Sepi
--
MUARADUA- Angkutan kota (angkot) dan angkutan pedesaan (angdes) di Terminal Muaradua kini semakin sulit. Masalahnya, penumpang semakin menurun.Apalagi, sejak transportasi online mengaspal di Kota Muaradua para sopir sudah merasa resah karena penumpangnya mulai berkurang.
Seorang sopir angdes, Samlan Rabu (18/12), mengaku, setiap hari sepi penumpang. "Saya menyambi sopir angdest ini sehari dapat Rp 60 ribu. Itu pun kalau ramai penumpang. Berpenghasilan segitu, belum beli minyak untuk besok, belum untuk rumah. Bukannya tidak bersyukur namun itu fakta. Sama saja dengan yang lain, ada saja yang tidak ada pemasukan sama sekali dalam sehari," ujar pria berusia setengah abad lebih yang sudah 25 tahun menjadi sopir angkot itu.
Dia kemudian bercerita, hari itu saja, sudah hampir lima jam menunggu penumpang dari pagi sampai siang, tidak ada penumpang yang datang. "Semoga jelang sore nanti ada," imbuhnya.
Sopir angkot lainnya yang biasa dipanggil Anang , juga bercerita yang sama.
Menurut Anang, sudah banyak sopir angkot menjual mobilnya pretelan, dengan cara menjual mulai dari ban, besi, sampai kerangka mesin mobil angkotnya.
"Hal itu dilakukan untuk bertahan menjadi sopir angkot, tapi kalau sudah menjual sampai besi-besinya, mereka berarti sudah menjual angkotnya. Seperti teman ku Ahmad, setelah terjual semuanya, ia merangkai motor bentor dengan modal terakhirnya, setelah menjual angkotnya, sisa modal untuk kendaraan diolah menjadi bentor," jelasnya.
Tapi mau bagaimana, tidak ada pekerjaan lagi selain menjadi sopir angkot. Kalau memulai usaha dari nol tidak ada modal lagi, sehari-hari uangnya hanya beli bensin untuk operasional, kalau ada lebihnya untuk makan di rumah bersama keluarga," cerita anang
Salah satu sopir angkutan desa (angdes), Rahman, mengatakan, pengantaran penumpang desa ke desa ini sudah sangat jarang dipakai kerena orang pakai motor sendiri.
"Saat ini angdes yang bertahan paling 10 buah itu pun jarang beroperasi, sama saja hanya hari-hari tertentu saja, seperti hari ini ada pengajian setelahnya saya ke pasar sambil menunggu pengajian selesai pukul 01.00Wita nanti balik lagi ke pengajian mengantarkan penumpang," ungkap Rahman.
Jurusan angdes ini memang menang banyak karena ke pedesaan, namun pengakuan Rahman, orang sudah memakai motor sendiri, tidak ada lagi penumpang yang diharapakan untuk angdes.
"Angdes hanya berharap ada carteran saja sekarang atau pengajian desa ke desadesa, dan pembelian barang dari penumpang desa ke pasar " ujarnya.(HOS)