Interview Eksklusif: Life is Strange Double Exposure Bersama Sang Game Director

Interview Life is Strange Double Exposure.-Foto ;ist-

HARIANOKUSELATAN.ID -  Life is Strange: Double Exposure telah hadir sebagai sekuel langsung dari Life is Strange (2015), dan membawa kembali Max Caulfield sebagai karakter utama. Game ini mengikuti perjalanan Max yang kini memiliki kemampuan berpindah antara dua garis waktu, yang membuatnya terlibat dalam investigasi pembunuhan yang rumit.

Kami mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Jonathan Stauder, Game Director, dan Aysha Farah, Staff Writer, untuk mengupas lebih dalam tentang ide dan inspirasi di balik Double Exposure.

Mengapa Max Kembali Menjadi Protagonis di Double Exposure?

Jonathan Stauder mengungkapkan bahwa proses pengembangan Double Exposure dimulai saat mereka menyelesaikan Life is Strange: True Colors. Mereka sempat bereksperimen dengan berbagai kekuatan supernatural dan alur cerita yang mungkin. Akhirnya, konsep kekuatan untuk berpindah antara dua garis waktu dirasa sangat cocok untuk Max.

“Kami menyadari bahwa kemampuan ini memberikan daya tarik gameplay yang besar,” ujar Jonathan. Ini memungkinkan pemain untuk mendalami dua kemungkinan hasil berbeda dari keputusan sulit, yang menjadikan kembalinya Max terasa lebih organik dan terhubung dengan cerita.

Inspirasi di Balik Kemampuan Baru Max

Menurut Aysha Farah, jika ingin membawa Max kembali, mereka membutuhkan kekuatan yang sejalan dengan akhir cerita pertama. Kali ini, kemampuan Max bukan sekadar alat untuk mengatasi konflik, tetapi juga sarana emosional untuk menghadapi perasaan bersalah atas penggunaan kekuatan rewind.

Max kini bisa beralih antara timeline di mana sahabatnya, Safi, masih hidup dan membutuhkan perlindungan, serta timeline lain di mana teman-temannya sedang berduka atas pembunuhan Safi. Ini menambahkan lapisan emosional yang mendalam dalam setiap keputusan Max, memungkinkan pemain untuk benar-benar merasakan beratnya pilihan tersebut.

Apa yang Membuat Double Exposure Lebih Segar?

Jonathan menjelaskan bahwa Double Exposure berfokus pada Max yang kini telah memasuki fase kehidupan dewasa awal, menjadikan cerita ini lebih dewasa dibanding pendahulunya. Peralihan dari cerita “pendewasaan” ke eksplorasi kehidupan dewasa memberikan kesempatan untuk menampilkan cerita yang jarang diangkat di dunia video game.

Tim juga berupaya membuatnya sebagai seri Life is Strange yang paling interaktif. Menurut Jonathan, pengalaman terbaik hanya bisa didapatkan dengan memainkan game ini, bukan sekadar menontonnya.

Wawancara ini memberikan gambaran menarik tentang Life is Strange: Double Exposure dan bagaimana tim pengembang berhasil menciptakan kelanjutan yang emosional dan mendalam bagi Max. Apakah kalian semakin antusias dengan kehadiran Double Exposure, Brott?(arl)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan