Sentimen Global Angkat Harga Bitcoin hingga Emas pada Awal Oktober 2025
HARIANOKUSELATAN.ID – Awal Oktober 2025 menjadi pekan yang positif bagi pasar aset lindung nilai seperti emas, perak, dan Bitcoin. Ketiga aset tersebut kompak menguat di tengah meningkatnya kekhawatiran global soal utang publik, inflasi, dan ketidakpastian politik di negara maju.
Investor Cari Aset Aman di Tengah Ketidakpastian
Mengutip laporan Yahoo Finance (7/10/2025), harga emas berjangka melonjak mendekati USD 4.000 per troy ounce, sementara perak naik ke USD 48,50 per ounce.
Di sisi lain, Bitcoin berhasil mencetak rekor tertinggi baru di atas USD 125.790 atau sekitar Rp 2,08 miliar (kurs Rp 16.602 per USD), setelah naik sekitar 2% hanya dalam sehari.
BACA JUGA:Bridge Ethereum Shibarium Pulih, Harga SHIB Diprediksi Siap Meledak 150%
BACA JUGA:Harga Honda PCX 160 dan Yamaha Nmax Turbo Oktober 2025: Pilih Elegan atau Sporty?
Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya minat investor terhadap apa yang disebut sebagai “perdagangan debasement” — tren beralih ke aset keras seperti logam mulia dan kripto untuk melindungi nilai kekayaan dari penurunan daya beli mata uang fiat.
Analis JPMorgan menyoroti bahwa kombinasi utang pemerintah yang melonjak, belanja fiskal besar-besaran, serta penciptaan uang oleh bank sentral telah memicu kekhawatiran terhadap nilai dolar AS.
Indeks dolar (DX.Y.NYB) bahkan tercatat turun lebih dari 9% sepanjang tahun ini, memperkuat alasan investor menumpuk aset alternatif seperti emas dan Bitcoin.
BACA JUGA:Skutik Retro Baru Suzuki Meluncur, Irit Banget 53,4 Km per Liter
BACA JUGA:Review CMF Buds 2: TWS Rp 799 Ribu dengan Bass Mantap dan ANC Efektif
Pemilu Jepang dan “Fiscal Dove Effect”
Kenaikan harga aset lindung nilai juga diperkuat oleh situasi politik global, khususnya di Jepang, setelah hasil pemilu tak terduga menetapkan Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri baru.
Analis pasar menilai Takaichi sebagai “fiscal dove”, yaitu pemimpin yang cenderung mendukung stimulus ekonomi besar-besaran lewat kebijakan fiskal longgar.
Menurut Charlie McElligott, analis dari Nomura Securities, kebijakan ini menunjukkan bahwa negara-negara maju semakin condong ke arah “fiscal dominance” — strategi menjaga pertumbuhan ekonomi dengan menoleransi defisit besar.
“Kombinasi ini membuat emas, perak, dan Bitcoin menjadi pemenang utama dalam ‘perdagangan debasement’ terbaru,” ujar McElligott.