Tuntutan Tak Digubris, Orang Tua dan Alumni SMKN 1 Indralaya Selatan Siapkan Demo Akbar Jumat Nanti

Selain siswa, orang tua siswa dan alumni SMKN 1 Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir, mengancam demo besar-besaran apabila tuntutan mereka tidak ditindaklanjuti. -Foto: Ist.-
OGAN ILIR - Gelombang protes di SMK Negeri 1 Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir, tampaknya belum akan berakhir.
Setelah sebelumnya para siswa melakukan aksi mogok belajar, kini giliran para orang tua dan alumni sekolah tersebut yang mengancam akan menggelar demo besar-besaran pada Jumat, 10 Oktober 2025 mendatang, jika tuntutan para siswa tidak direspons oleh pihak berwenang.
BACA JUGA:Pencuri Emas Puluhan Suku di Palembang Akhirnya Tertangkap di Banyuasin
BACA JUGA:Jadi Jaksa Gadungan Oknum ASN Lampung Ditangkap Kejari OKI
Ancaman Aksi Susulan dari Orang Tua dan Alumni
Rencana aksi besar ini disuarakan oleh sejumlah alumni dan orang tua murid melalui media sosial.
Salah satu di antaranya, pemilik akun Facebook Cii Olivia, menegaskan bahwa pihaknya siap turun ke jalan bersama para siswa dan masyarakat sekitar jika tidak ada tindakan tegas dari pemerintah terkait tuntutan mereka.
“Kami, alumni SMKN 1 Indralaya Selatan, siswa, siswi, dan orang tua murid serta masyarakat akan turun ke jalan lagi. Bila sampai Kamis tidak ada tindak lanjut, Jumat kami akan gelar demo besar-besaran,” tulisnya dalam unggahan tersebut.
Ancaman tersebut mendapat dukungan luas dari warganet, terutama kalangan alumni dan masyarakat sekitar sekolah yang turut kecewa atas kondisi di SMKN 1 Indralaya Selatan.
BACA JUGA:BPBD OKUS Himbau Warga Prediksi Dua Hari Kedepan Hujan Lebat
BACA JUGA:Wujudkan SDM Unggul, Pemkab OKU Selatan Dorong Program Kampung Keluarga Berkualitas
Akar Masalah: Desakan Pencopotan Kepala Sekolah
Aksi mogok belajar ribuan siswa pada Senin, 6 Oktober 2025, menjadi puncak kekecewaan terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah Eddy Dharmansyah.
Para siswa menilai, sejak menjabat sebagai kepala sekolah, banyak persoalan muncul yang merugikan siswa dan merusak reputasi sekolah.
Dalam orasinya, Ketua OSIS Kelvin menyebut beberapa poin tuntutan, di antaranya dugaan penyelewengan dana BOS, keterlambatan pembagian seragam siswa yang sudah dibayar lunas, serta pemotongan dana Program Indonesia Pintar (PIP) sebesar Rp50 ribu per siswa.
Lebih mengejutkan lagi, muncul dugaan adanya tindakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu tenaga kependidikan di sekolah tersebut.