Pendidikan Demokrasi, Bantu Cegah Anak Terlibat Aksi Demontrasi
Jakarta: Keterlibatan anak dalam aksi demonstrasi dinilai jalur pendidikan yang salah. Hal ini disampaikan Pemerhati Perlindungan Anak sekaligus Dosen Psikologi Politeknik Pengayoman Indonesia Kementerian Hukum, Dr Imaduddin Hamzah.
“Mereka (anak-anak / pelajar) rentan terpapar kekerasan. Dari sini mereka akan belajar menyelesaikan konflik dengan cara destruktif,” ujarnya, saat berbincang bersama Pro 3 RRI, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, aksi anarkis yang terjadi di berbagai daerah, menunjukkan sistem demokrasi yang belum matang. “Kita masih menonjolkan ego dan kemarahan, bukan dialog serta musyawarah,” katanya.
Ia menekankan pendidikan demokrasi penting diberikan sejak dini, baik di rumah maupun sekolah. Menurutnya, anak-anak perlu belajar menghargai perbedaan, bermusyawarah, berbagi, serta toleransi.
Imaduddin mengatakan, anak cenderung mudah terbujuk ajakan demo karena rasa ingin tahu yang tinggi. “Bagi anak, kerumunan dianggap ruang berekspresi, bukan arena politik,” katanya.
Media sosial, lanjutnya, juga memperkuat ketertarikan mereka pada aksi tersebut. “Sekali anak masuk ruang digital, algoritma akan mengarahkan sesuai minatnya,” kata Imadiddin.
Ia menekankan, perlunya menyalurkan energi anak melalui kegiatan positif. Pendidikan karakter, penguatan nilai agama, dan kontrol dari orang dewasa, dinilainya kunci pembentukan jati diri anak.