Free Fire Resmi Rilis Emote Pacu Jalur: Tradisi Lokal Indonesia Hadir di Dunia Game
HARIANOKUSELATAN.ID – Garena Free Fire, salah satu game battle royale terpopuler di dunia, resmi mengumumkan peluncuran Emote Pacu Jalur, yang akan tersedia secara gratis untuk seluruh pemain mulai 30 Juli 2025. Emote ini terinspirasi dari tradisi budaya Indonesia, khususnya dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dan menjadi bentuk kolaborasi antara Garena dengan komunitas lokal.
Dari Festival Tradisional ke Dunia Digital
Emote Pacu Jalur terinspirasi dari aksi Rayyan Arkan Dikha, seorang bocah asal Kuantan Singingi yang viral karena gaya uniknya memimpin jalur perahu saat Festival Pacu Jalur. Aksi Dikha, yang berdiri gagah di ujung perahu, tidak hanya menarik perhatian warganet, tetapi juga ditiru oleh berbagai selebrasi olahraga internasional.
Melalui proses kerja sama resmi dengan Dikha, keluarganya, komunitas Pacu Jalur, serta pemerintah daerah Kuantan Singingi, Garena menghadirkan emote ini ke dalam permainan sebagai bentuk pelestarian budaya.
Pada 24 Juli 2025, Dikha bersama keluarga dan perwakilan komunitas Pacu Jalur hadir langsung di kantor Garena Indonesia di Jakarta dalam rangka peresmian kolaborasi ini.
BACA JUGA:Pertamina Enduro Kirim 5 Pembalap Muda Indonesia ke VR46 Riders Academy
BACA JUGA:Tundukkan Thailand, Timnas Indonesia Lolos ke Final AFF U-23 2025
“Tidak menyangka bisa datang ke kantor Garena. Saya sangat senang bisa berkolaborasi dengan Free Fire,” ungkap Dikha.
Pengakuan Budaya yang Membanggakan
Menurut kakak Dikha, Dzikri Maulana Muhammad, kolaborasi ini merupakan bentuk penghormatan besar bagi masyarakat Kuantan Singingi.
“Kami sebagai warga Kuantan Singingi sangat bangga atas peran Dikha yang telah memperkenalkan tradisi Pacu Jalur ke dunia. Ini adalah momen bersejarah bagi anak desa seperti kami,” ujar Dzikri.
Mengenal Pacu Jalur: Warisan Budaya Riau
Pacu Jalur adalah lomba perahu tradisional yang telah menjadi warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi sejak abad ke-17. Perahu yang digunakan, disebut “jalur”, memiliki panjang sekitar 25–40 meter dan dihiasi ukiran kepala hewan seperti harimau atau buaya. Setiap tahun, lebih dari 100 tim berpartisipasi dalam festival ini yang digelar pada bulan Agustus untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Saat festival berlangsung, Kota Teluk Kuantan berubah menjadi pusat keramaian yang penuh semangat, menampilkan meriam tradisional, kostum warna-warni, serta sorakan penonton.
BACA JUGA:Kebakaran Lahan Bikin Heboh Palembang, Warga Ramai Serukan Pakai Masker
BACA JUGA:Kuasa Hukum Bongkar Fakta Mengejutkan: Pungli Dana Desa di Lahat Sudah Jadi Tradisi