PBB suarakan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan di Sudan

--

IKLAN UMROH

PBB- Sejumlah badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (15/7) mengatakan mereka sangat prihatin dengan meningkatnya konflik di Sudan, terutama serangan di Negara Bagian Kordofan Utara.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan serangan dari Kamis (10/7) sampai Minggu (13/7) di desa-desa dekat Bara di Kordofan Utara dilaporkan menewaskan sedikitnya 300 orang, termasuk anak-anak dan wanita hamil. Masih banyak lagi lainnya yang mengalami luka-luka, dengan rumah-rumah dijarah dan dibakar, serta orang-orang terpaksa mengungsi. OCHA menyatakan bahwa gangguan jaringan komunikasi menghambat upaya untuk memastikan jumlah korban secara akurat.

Kantor tersebut juga mengatakan pihaknya khawatir dengan laporan penembakan baru di El-Obeid, ibu kota negara bagian itu. Serangan tersebut memperdalam rasa ketakutan dan ketidakamanan.

OCHA mengungkapkan bahwa di Negara Bagian Kordofan Barat, serangan di desa Al-Fulah dan Abu Zabad dilaporkan menewaskan lebih dari 20 orang. Kekerasan tersebut termasuk serangan udara terhadap sebuah sekolah yang menampung para keluarga yang mengungsi.

 

Situasi ini juga turut mengganggu jalannya operasi kemanusiaan di wilayah tersebut. "Insiden-insiden ini merupakan pengingat tragis lainnya akan korban yang tak henti-hentinya berjatuhan akibat konflik yang terjadi di Sudan," ujar OCHA.

OCHA menekankan bahwa warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk sekolah, rumah, tempat penampungan, dan aset-aset kemanusiaan, tidak boleh menjadi sasaran, dan menyerukan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk sepenuhnya menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional Badan kemanusiaan itu mengatakan bahwa orang-orang yang melarikan diri dari Kordofan Utara dan pengepungan El Fasher di Negara Bagian Darfur Utara kini menuju ke berbagai wilayah lain di negara itu, termasuk Negara Bagian Utara, untuk mencari tempat yang lebih aman.

OCHA mengatakan mitra kemanusiaannya di Negara Bagian Utara melaporkan bahwa lebih dari 3.000 pengungsi telah tiba di wilayah Ad-Dabbah sejak Juni. Meski sebagian telah menerima bantuan makanan, masuknya arus keluarga yang baru mengungsi kian membebani sumber daya yang sudah menipis.

Para pegiat kemanusiaan memperingatkan bahwa musim hujan akan semakin menambah kesulitan. Menurut OCHA, di Sudan bagian timur, hujan deras dan angin kencang pada Minggu menghancurkan atau merusak tempat penampungan dan pasokan makanan untuk sekitar 2.700 orang pengungsi di dua lokasi di Gedaref.

Sebuah penilaian cepat yang dilakukan oleh OCHA dan para mitranya pada Senin (14/7) menemukan bahwa sebagian besar keluarga yang terdampak ingin kembali ke daerah asal mereka tetapi membutuhkan dukungan untuk melakukannya. Lebih lanjut menurut OCHA, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa di seluruh Sudan, lebih dari 1,3 juta orang telah kembali ke daerah asal mereka sejak November 2024.

 

Sebagian besar dari mereka kembali ke negara bagian Aj Jazirah, Sennar, dan Khartoum, tetapi mereka menghadapi kondisi kehidupan yang semakin memburuk dan kekurangan layanan dasar. OCHA terus menyerukan dukungan yang mendesak dan lebih intensif untuk menjangkau jutaan masyarakat rentan di seluruh Sudan.

Mereka mencatat bahwa pendanaan untuk rencana tanggap darurat kemanusiaan tahun ini baru terealisasi sebesar 23 persen.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan