9 Haji": Para Konglomerat Daerah Penantang Hegemoni 9 Naga

--

HARIANOKUSELATAN - Suara knalpot truk pengangkut batubara menggelegar dari balik kabut pagi di pelosok Kalimantan Selatan. Seorang pria berdiri di tepi jalan tambang, tangannya terlipat di depan dada, menyapu tanah hitam tempat ia pernah jadi sopir kayu dan tukang ojek.

Itulah gambaran awal dari perjalanan Haji Isam—Andi Syamsuddin Arsyad—yang kini menjelma menjadi simbol kekuatan ekonomi baru dari daerah. Sosok pengusaha asal Batulicin, Kalimantan Selatan ini mendadak menyita perhatian publik usai terlihat mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan delegasi Japan-Indonesia Association (JAPINDA) dan The Jakarta Japan Club (JJC) di Istana Negara, 6 Desember 2024.

Dalam acara tersebut, Haji Isam duduk sejajar dengan para menteri. Presiden Prabowo bahkan memperkenalkannya secara khusus kepada para delegasi Jepang sebagai “pengusaha terkemuka dari Kalimantan.”

Pengenalan itu bukan sekadar simbolik. Nama Haji Isam kini menjadi representasi dari gelombang baru pengusaha daerah yang mulai mengisi ruang-ruang dominasi lama. Oleh sebagian kalangan, mereka disebut sebagai “9 Haji”—penantang baru dari kelompok elite bisnis yang selama ini dikenal sebagai “9 Naga”.

Dari "9 Naga" ke "9 Haji"

Dalam lanskap bisnis Indonesia, istilah "9 Naga" sudah lama mengacu pada jaringan konglomerat Tionghoa-Indonesia yang menguasai sektor finansial, properti, hingga perbankan dan memiliki kedekatan dengan kekuasaan nasional.

Namun, pernyataan dari pengusaha sekaligus konten kreator Mardigu Wowiek Prasantyo alias Bossman Mardigu membuat publik melirik munculnya kekuatan ekonomi baru. Dalam unggahannya di Instagram, Mardigu menulis, “Lagi digoyang 9 Naga. Mungkin nanti bisa berganti jadi 9 Haji.”

Ia merujuk pada munculnya jaringan pengusaha daerah dengan sumber kekayaan dari sektor riil seperti tambang, logistik, dan perkebunan. Kasus hukum yang menimpa Sugianto Kusuma (Aguan), tokoh utama 9 Naga, dianggap sebagai isyarat pergeseran kekuatan ekonomi.

Profil 9 Haji: Kekuatan Ekonomi dari Daerah

Siapa saja sosok-sosok di balik nama "9 Haji"? Berikut profil singkat mereka:

  1. Haji Isam (Andi Syamsuddin Arsyad)
    Mantan sopir truk kayu yang kini menguasai tambang, logistik, dan perkebunan di Kalimantan Selatan. Simbol pengusaha lokal yang menembus level nasional.

  2. Haji Rasyid (Abdul Rasyid)
    Pengusaha Kalimantan Tengah yang pernah masuk daftar Forbes. Bisnisnya berakar di perkebunan dan logistik, dikenal dermawan karena sering membagikan ratusan ton beras.

  3. Haji Robert
    Penguasa tambang emas Gosowong, Halmahera. Namanya melejit usai mengakuisisi mayoritas saham PT Nusa Halmahera Minerals dari perusahaan Australia.

  4. Haji Ciut (Muhammad Hatta)
    Pebisnis flamboyan asal Kalimantan Timur. Dikenal luas di sektor tambang, minyak, dan sawit. Pernah viral karena menggelar pesta pernikahan 14 hari.

  5. Haji Aksa
    Pendiri Bosowa Corp. Bisnisnya meliputi semen, otomotif, media, hingga pendidikan. Konglomerasi terbesar dari Indonesia timur.

  6. Haji Ijai (Zaini Mahdi)
    Pemilik PT Batu Gunung Mulia. Produksi batubaranya mencapai 200 ribu ton per tahun. Jarang tampil di media, namun berpengaruh di industri tambang Kalimantan.

  7. Haji Kalla
    Pendiri Kalla Group, ayah dari Jusuf Kalla. Usahanya meliputi sektor infrastruktur, energi, dan distribusi barang di Sulawesi.

  8. Haji Leman
    Berasal dari Kalimantan Selatan. Memulai bisnis dari ternak ayam bermodal Rp300. Kini punya bisnis ritel, transportasi, hingga klub sepak bola Barito Putera.

  9. Haji Anif (almarhum)
    Pengusaha Sumatra Utara dan ayah dari Musa Rajekshah. Grup ALAM miliknya bergerak di sawit, properti, dan pupuk. Jaringannya tersebar di pesisir timur Sumatra.

Simbol Ekonomi Akar Rumput

Berbeda dengan 9 Naga yang tumbuh di pusat-pusat bisnis Jakarta dan dekat dengan politik nasional, 9 Haji adalah simbol dari ekonomi akar rumput. Mereka bukan hasil warisan kekuasaan atau elite lama, tetapi lahir dari daerah—dari jalan tambang, sawit, dan pelabuhan—dan perlahan membentuk gurita bisnis yang tak bisa diremehkan.

Jejak mereka kuat di sektor-sektor vital: energi, logistik, hingga pertambangan strategis. Di tengah pergeseran politik dan kebijakan ekonomi, 9 Haji bukan lagi hanya "pengusaha daerah". Mereka kini pemain nasional—dan dalam banyak hal, internasional.

Akankah 9 Haji Menggeser 9 Naga?

Jawabannya belum tentu mutlak. Namun, dominasi kelompok lama kini menghadapi realitas baru: kekuatan ekonomi tidak lagi terpusat di Jakarta. Dari tanah Kalimantan hingga Halmahera, para pengusaha akar rumput ini mulai mengisi celah yang dulu tertutup oleh nama-nama mapan.

 

Era baru konglomerat Nusantara tengah terbentuk—dan 9 Haji adalah tandanya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan