BACA JUGA:Babhinkamtibmas Polsek BSA Sambangi Kelas Siswa Sampaikan Larangan Bulliying
BACA JUGA:Duta Pelajar OKU Selatan Sosialisasi Anti Bullying di SMP
Departemen Keuangan AS baru-baru ini menerapkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan minyak Rusia, termasuk Gazprom Neft dan Surgutneftegas, serta membatasi operasional 183 kapal tanker yang mengangkut minyak dari negara tersebut. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan yang digunakan Moskow dalam konflik di Ukraina.
Akibatnya, ekspor minyak Rusia ke pasar utama seperti China dan India diperkirakan akan menurun drastis, memaksa kedua negara tersebut mencari sumber minyak alternatif dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika. Pergeseran ini diprediksi akan meningkatkan permintaan minyak di kawasan lain, yang pada akhirnya turut mendorong kenaikan harga minyak dunia.
BACA JUGA: Pemerintah Alihkan Pengecer LPG 3 Kg Menjadi Pangkalan Mulai 1 Februari 2025
BACA JUGA:Penangkapan Dua Pelaku Curas Meresahkan di OKU Timur, Sumsel
Menurut para analis, gangguan pasokan ini tidak hanya berimbas pada harga minyak mentah global tetapi juga meningkatkan biaya distribusi dan pengiriman, yang berdampak langsung pada harga BBM di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Pertamina berharap masyarakat memahami kebijakan ini dan tetap mendukung upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi serta ketahanan energi nasional.