MUARADUA, HARIAN OKU SELATAN - Warga Binaan Permasyarakatan (WBP), Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Muaradua, manfaatkan sampah dari karpet telur didaur menjadi hasil kreativitas untuk mendapatkan penghasilan.
Dimana, sampah berupa karpet telur itu sendiri didaur WBP menjadi hiasan rumah yang berbentuk patung ayam. Tak hanya karpet telur, WBP Lapas Kelas II B itu juga memanfaatkan kardus bekas yang disulap menjadi hiasan tersebut.
Diketahui, kerajinan tangan itu sendiri dilakukan oleh para WBP Lapas Kelas IIB Muaradua, OKU Selatan didalam kamar tahanan guna meningkatkan keahlian serta mengisi waktu luang dan mencari penghasilan.
Hasil dari kerajinan tangan itu sendiri berbentuk patung hiasan rumah yang menggambarkan layaknya ayam, dari hasil itu mereka jual ada kunjungan tamu dan keluarga WBP yang datang.
BACA JUGA:WBP Lapas OKUS Gunakan Karpet Telor Bikin Hiasan
BACA JUGA:Manfaatkan Sampah WBP Cari Penghasilan
Kepala Lembaga Pemasyarkatan (Lapas) Kelas IIB Muaradua OKU Selatan, Reza Yudhistira Kurniawan, A. Md., IP., SH., M. Si mengatakan bahwa saat ini sedang ngetren hiasan rumah berbentuk ayam, sehingga WBP memanfaatkan peluang tersebut guna mendapatkan uang tambahan.
"Selama ini sudah mencapai ratusan produksi hiasan yang mereka lakukan, mereka hanya menggunakan kardus bekas dan karpet telor yang diaduk hingga menjadi sebuah karya," terangnya.
Untuk penjualan sendiri, sementara ini hanya dilakukan disaat ada pengunjung baik dari keluarga WBP maupun tamu Lapas Kelas IIB Muaradua.
"Dijual pas ada keluarga datang, pameran kalau ada tamu atau kegiatan Lapas, karena memang belum diperkenankan untuk menjual ke luar daerah atau ke pasar," bebernya.
BACA JUGA: 2 Pelaku Begal Sadis Mahasiswi Unsri Berikan Pengakuan
BACA JUGA:Polisi Buru Rekan 'Cinderella' Korban Overdosis di Rambutan Banyuasin
Mengenai ukuran, ada beberapa jenis, diantaranya ukuran kecil mereka menjual dengan harga Rp. 10.000, ukuran sedang Rp. 20.000, dan ukuran besar bekisar di Rp. 30.000 dan seterusnya.
"Kalau yang memperoduksi dalam 1 kamar ada sekitar 20 orang, dan setiap kamar ada yang membuat sembari mengajarkan ke yang lain, karena kalau yang sudah terbiasa membuat dan selesai masa hukuman maka ada pengganti," cetus Reza.
Selain itu juga, sejauh ini sudah dilakukan pemasaran oleh mereka dengan cara memberikan atau dijual untuk oleh-oleh bagi keluarga atau tamu dari jauh.
"Dengan adanya kegiatan kerajinan tangan ini WBP tidak merasa jenuh, serta bukan semata-mata dikurung tanpa ada manfaat, namun mereka sama saja layaknya masyarakat diluar, hanya saja mereka terbatas ruang lingkupnya," tandasnya. (Dal)