PALEMBANG, HARIAN OKU SELATAN -- Makin berkembang Kota Palembang dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun membutuhkan pembangunan infrastruktur yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya di sektor transportasi. Ini supaya arus mobilisasi masyarakat pun semakin lancar.
Saat ini saja jumlah penduduk Palembang mencapai 2 juta jiwa, dengan kendaraan yang jumlah ratusan ribu. Tak ayal, masalah kemacetan pun tak dapat dihindari dan selalu menjadi masalah yang tak tuntas-tutas. Untuk itu perlu perlu penataan dan pembangunan infrastruktur agar dalam 10-20 tahun ke depan Kota Palembang tidak semakin crowded dan macet.
Kepala Bappeda Kota Palembang, Ir Harrey Hadi MS mengatakan banyak infrastruktur baru, baik jembatan maupun jalan baru sudah dibangun, salah satunya Fly Over Sekip Ujung yang sudah rampung untuk mengatasi masalah macet antara persimpangan Sekip Ujung, Jalan R Sukamto, Jl Basuki Rahmat, dan Jl Angkatan 66.
Selanjutnya, ada rencana pembangunan underpass Simpang Charitas yang masih tahap pengkajian design. "Untuk underpass, sejauh ini belum ada tahapan lain, masih di tahapan DED (detail engineering design) dan butuh pembebasan lahan serta pembiayaan yang cukup besar. Tetapi Insyaallah kita doakan saja dapat berjalan," sampainya.
BACA JUGA:Gas Melon Langka, Pemkab OKUS Lakukan Monev
BACA JUGA:Diisukan Berdampingan dengan HMD, Sholehien Belum Pastikan Pendamping
Secara infrastruktur, pembangunan Underpass Simpang Charitas sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota Palembang, khususnya pada ruas Jl Jend Sudirman, Jl Kapten A Rivai, dan Jl Veteran. "Alhamdulillah untuk Fly Over Simpang Sekip atau Angkatan 66 sudah selesai dan segera dibuka. Pembangunan seperti ini tentu harus berlanjut dengan proyek prioritas lainnya untuk mengatasi kemacetan," bebernya.
Proyek lain itu di antaranya rencana pembangunan Jembatan Musi 3, underpass, dan jalan baru seperti jalan lingkar yang dikerjakan Pemprov sebagai alternatif untuk lalu lintas angkutan barang sehingga tidak perlu masuk kota lagi. "Pembangunan kita lakukan ini bersinergi bersama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat," tukasnya.
Dalam konteks mengurai kemacetan, selain perlu pembangunan infrastruktur seperti flyover, underpass, juga sangat penting memanfaatkan sinergi intermoda. "Kita bisa memanfaatkan moda yang sudah ada seperti LRT, BRT Trans Musi/Teman Bus, feeder LRT Musi Mas, angkutan sungai dan kereta api," pungkasnya.
Diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Kota Palembang pada tahun 2022 sebanyak 145.035 unit mobil penumpang, 737 unit bus, 21.971 unit truk, dan 382.685 unit sepeda motor. Sayangnya tren penggunaannya masih meningkat setiap tahun, seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, misalnya tahun 2020 tercatat 134.715 unit mobil penumpang dan 377.259 unit sepeda motor.
Sementara berdasarkan data Kepolisian, ada lebih dari 120 juta unit populasi motor di Indonesia. Jika satu motor mengkonsumsi 1 liter BBM setiap hari dan menghasilkan 2,5 kg emisi, maka total pencemaran udara dari emisi karbon sepeda motor saja mencapai 300 juta kilogram per hari. Keberadaan LRT (light rail transit) sebagai transportasi publik yang aman, nyaman, murah, dan cepat di Kota Palembang sejak lima tahun terakhir sudah memberikan banyak manfaat bagi mobilitas masyarakat sehari-hari. Angkutan kereta api ringan ini menjadi moda transportasi utama bepergian maupun berwisata di dalam kota.
Kepala BPKARSS, Rode Paulus GP SSi MT mencatat tren kenaikan penumpang LRT pada tahun ini. Sebelumnya 2022, okupansi penumpang sekitar 8 ribu-an, meningkat di 2023 dengan rata-rata penumpang harian mencapai 10.535 orang.
Ada beberapa faktor penyebab kenaikan tersebut, seperti pihaknya memperbanyak kegiatan eduwisata dan edutrip di LRT, menguatkan kerjasama dengan lintas instansi dan pemangku kepentingan terkait. Membuat kartu berlangganan untuk ASN, lansia, masyarakat umum, pin prioritas bagi ibu hamil dan orang rentan, serta tarif berlangganan bagi penumpang. “Kita juga memaksimalkan tenant UMKM dan ruang kreasi yang ada,” jelasnya.
BACA JUGA:Pemkab OKUS Ikuti Rakor Langkah Penanganan Inflasi
Bila melihat lalu lintas terbanyak jatuh pada hari Sabtu dan Minggu. Dalam dua hari itu, penumpang bisa tembus 20-30 ribu orang per hari. “Stasiun paling banyak dikunjungi Asrama Haji dan Ampera. Di Asrama Haji banyak pekerja, warga, dan anak sekolah yang menggunakan LRT, sedangkan di Ampera banyak pedagang dan orang yang berlibur,” ungkapnya. Animo itu juga didorong kehadiran feeder LRT yang ada.
Kasi Pemanfaatan Sarana dan Prasarana BPKARSS, Aditya Yunianto menambahkan salah satu faktor penting peningkatan jumlah penumpang yaitu kehadiran ruang kreasi, pojok baca, dan tenant UMKM. Ruang kreasi biasanya diisi pertunjukan musik di Stasiun Bumi Sriwijaya, stand UMKM sebagai mitra menjajakan makanan minuman di berbagai stasiun. Lalu sambil menunggu keberangkatan, penumpang dapat membaca buku di pojok baca.
Pihaknya terus berusaha mengembangkan inovasi dan kreasi meningkatkan jumlah penumpang, salah satunya pemanfaatan aset instansi yang bisa dikelola bersama masyarakat. “Sebagai Badan Layanan Umum, kami mengajak perusahaan dan stakeholder terkait memajukan LRT. Ini moda transpotasi kebanggaan kita bersama,” paparnya. (seg)