Mengenal Ruwahan: Tradisi Masyarakat Jawa Mendoakan Leluhur Jelang Ramadhan
![](https://harianokuselatan.bacakoran.co/upload/4646d89f87105cd038198630a17694a1.jpg)
--
Jogja - Ruwahan merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Jawa yang tetap lestari hingga saat ini. Tradisi Ruwahan ini umumnya dilaksanakan menjelang bulan Ramadhan, khususnya pada bulan Syaban dalam penanggalan Hijriah.
Walaupun acara Ruwahan diadakan di berbagai daerah di Indonesia, setiap wilayah memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, salah satunya di Jogja. Mengutip laman Pemerintah Kota Yogyakarta, tradisi ruwahan dilakukan dengan menggelar kenduri atau selamatan untuk mendoakan para leluhur dan berbagi sedekah kepada tetangga.
Apa itu Ruwahan?
Dikutip dari Repository Raden Fatah, istilah ruwahan diambil dari bahasa Arab yakni arwah yang memiliki makna roh, nyawa, dan jiwa. Ruwah juga bisa diartikan sebagai arwah atau roh orang-orang yang sudah meninggal dunia. Dengan demikian, ruwahan memiliki makna sebagai mengenang arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia.
Umumnya, tradisi Ruwahan ini ditemukan di Pulau Jawa yang juga dikenal dengan istilah nyadran. Tradisi ini dilakukan rutin setahun sekali menjelang bulan Ramadhan. Biasanya, tradisi Ruwahan mulai dilaksanakan sejak tanggal 15 bulan Ruwah.
Ruwahan merupakan kegiatan adat yang diadakan oleh masyarakat Jawa sekitar sebulan sebelum memulai ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Tradisi ini, yang dilakukan pada bulan Ruwah, memiliki tujuan utama untuk menyampaikan doa kepada para leluhur yang telah meninggal.
Selain sebagai sarana menyampaikan doa, Ruwahan juga dijalankan sebagai bentuk permohonan ampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kegiatan ini juga melibatkan acara kenduri yang diadakan oleh warga sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah rezeki dan keselamatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.