Reku Ungkap Tantangan Baru Bitcoin Setelah Kenaikan September 2024

Tantangan Baru Bitcoin Setelah Kenaikan September 2024.-Foto ;ist-

 

HARIANOKUSELATAN.ID -  Analis dari Reku, Fahmi Almuttaqin, memaparkan sejumlah tantangan yang tengah dihadapi oleh Bitcoin setelah mencatat kenaikan sebesar 7,3 persen selama September 2024.

Tantangan ini dipicu oleh ketegangan politik di Timur Tengah, pemogokan pekerja pelabuhan di Amerika Serikat, dan kerusakan besar akibat badai Helene. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor mengenai masa depan ekonomi AS dan kemungkinan dampak terhadap inflasi.

Menurut Fahmi, meskipun The Fed telah melonggarkan kebijakan moneternya pada bulan September untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, investor tetap waspada. Kenaikan inflasi yang dipicu oleh guncangan eksternal dapat menghambat tren penurunan suku bunga yang diharapkan berlanjut.

Dalam pidatonya di pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE), Jerome Powell, pemimpin The Fed, mengonfirmasi bahwa ekonomi AS tetap solid meskipun laju pertumbuhan pekerjaan melambat.

Powell juga menyebut inflasi inti telah turun ke level 2,7 persen. Namun, ancaman dari konflik di Timur Tengah yang bisa memicu lonjakan harga minyak dunia masih menjadi perhatian utama bagi pasar, dengan potensi dampak pada inflasi global.

Selain itu, badai Helene yang diperkirakan menyebabkan kerugian hingga US$160 miliar di wilayah tenggara AS, serta gangguan pada rantai pasokan akibat pemogokan pelabuhan, menambah ketidakpastian ekonomi.

 Namun, menurut Fahmi, The Fed masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin dalam pertemuan mereka pada November 2024, tergantung pada bagaimana situasi ini berkembang.

Bitcoin dan Pemilu AS: Harapan untuk Reli Baru

Sejarah menunjukkan bahwa pasar kripto cenderung mengalami tren positif pasca pemilihan presiden AS. Fahmi mengingatkan bahwa pada November 2020, setelah pemilihan presiden sebelumnya, harga Bitcoin melonjak dari US$13.000 ke US$30.000 dalam waktu singkat, sebelum melanjutkan reli hingga mendekati US$70.000 pada 2021.

Pemilu presiden tahun ini pada 5 November 2024, yang disusul oleh pertemuan The Fed pada 6-7 November, berpotensi memicu momentum serupa bagi Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan.

Meskipun prospek bullish terlihat cerah, Fahmi mengimbau investor untuk tetap berhati-hati dan bijaksana dalam membuat keputusan investasi. Dia juga merekomendasikan fitur Packs di platform Reku, yang memungkinkan investasi pada aset kripto blue chip seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana dengan mudah, terutama bagi investor jangka panjang yang ingin mendiversifikasi portofolio mereka dengan aset yang likuid dan bereputasi kuat.

Potensi Koreksi Bitcoin

Meskipun Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$61.290 pada Jumat petang, mengalami kenaikan 0,98 persen dalam 24 jam terakhir, koreksi sebesar 6,32 persen dalam sepekan terakhir menandakan potensi penurunan lebih lanjut.

Berdasarkan kajian dari Crypto Quant, indikator NVT Golden Cross menunjukkan bahwa harga Bitcoin mungkin berada di level overbought, dengan potensi koreksi lebih lanjut di kisaran US$65.800. Nilai indikator yang tinggi menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar melebihi volume transaksi, yang dapat memicu pembalikan harga menuju rata-rata.(arl)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan